Dayak Dermayu, Disesatkan MUI Tapi Disayang Warga Indramayu
Aap, Abe | 12 - Jun - 2008Oleh Desantara / Aap, Abe
"Silakan MUI membuktikan semua tuduhan itu, kalau kami dianggap sesat. Kami tidak pernah merugikan negara, Polisi dan pihak lain sebaiknya menangkap orang yang merugikan negara, seperti koruptor, bukan kami," ujar Takmad Diningrat, pemimpin komunitas Dayak Bumi Segandu.
Keresahan kembali mengguncang di komunitas Dayak Bumi Segandu setelah berita aliran sesat dilansir dimana-mana. Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) Indramayu melalui beberapa media menyatakan bahwa aliran Dayak Bumi Segandu sesat.
Lembaga yang di dalamnya terdiri dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Polres, Kodim, Dinas Pendidikan, Dinas Trantib, Dinas Kebudayaan, dan Kejaksaan Negeri itu memutuskan bahwa ajaran yang berada di Indramayu ini, meresahkan masyarakat dan berlawanan dengan paham agama yang dianut oleh negara. Putusan Bakorpakem ini, sebagaimana dikutip dari NU online, dilanjutkan dengan kiriman surat rekomendasi pelarangan dan pembekuan aktivitas Suku Hindu-Budha Bumi Segandu kepada Bupati Indramayu.
Tetapi, meski Bakorpakem telah resmi mengeluarkan keputusan pelarangan dan pembekuan terhadap aktivitas komunitas Dayak Dermayu, aktivitas dan ritual tidak terhenti. Mereka juga menyatakan bahwa rekomendasi pembekuan oleh aparat pemerintah tidak mengusik dan mempengaruhi mereka dalam menjalankan rutinitas keseharian, termasuk warga sekitar yang merasa senang hidup berdampingan dengan komunitas Dayak Dermayu.
Dan berbeda dengan data yang dilansir MUI yang menuduh Dayak Dermayu sebagai aliran sesat, komunitas yang berlokasi di Losarang ini sebenarnya adalah impian Pak Tahmad untuk mewujudkan cita-citanya membantu memperbaiki moral masyarakat. Dimulai pada tahun 1974, sesepuh yang bernama lengkap Takmad Diningrat ini semula adalah pelatih dan pimpinan Perguruan Pencak Silat Serbaguna (SS). Waktu itu perguruan SS ini berlokasi di Catur Pinggan Indramayu. Belajar ilmu silat nampaknya lebih mendorong anak didiknya berlaku sombong karena sudah merasa bisa berkelahi. Beberapa anggota cabang SS banyak yang menyimpang dari aturan perguruan. Di luar mereka suka berjudi, minuman keras, main perempuan dan berkelahi dengan kelompok lain. Tidak betah dengan situasi ini, Takmad membubarkan SS. Tahmad lalu membentuk suatu komunitas yang diberi nama “Jaka Utama”. Komunitas ini, mengajak umat agar melaksanakan perbuatan yang benar dan menjauhkan diri dari perbuatan salah, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan.
Awalnya Jaka Utama beranggotakan beberapa orang. Pada tahun 1982, setelah melakukan perenungan dan pertapaan, Takmad kemudian mendapat ‘ilham’ agar mendirikan sebuah padepokan yang mengajarkan kebenaran kepada umat manusia. Takmad yang biasa mengajarkan jurus-jurus silat berubah menjadi empu yang bijaksana, mengajarkan nilai-nilai moral dan kebaikan. Lambat-laun, bertepatan dengan tanggal 29 Nopember 1996, Takmad beserta para pengikutnya mulai menunjukkan identitasnya sebagai Suku Dayak Dermayu. Pengikutnya berkembang sampai ribuan orang dan terus setia mendengarkan pengajian Pak Tahmad di Losarang. Murid-murid Pak Tahmad di Losarang sendiri sehari-hari biasa bertelanjang dada, bercelana kolor dengan warna hitam-putih dan membiarkan rambutnya terurai panjang.
Sampai sekarang, Takmad tak berhenti mengajarkan sikap hidup yang menghindari nafsu duniawi, menyatu dengan alam dengan menghayati dan mempelajari ‘Sejarah Alam Ngaji Rasa’. Dayakngayak (menyaring), Hindu berarti kandungan atau rahim, Budha berarti wuda atau telanjang (manusia terlahir dalam keadaan telanjang), Bumi yang artinya wujud, dan Segandhu yang memiliki makna sekujur tubuh.
Ajaran dan proses ‘ngaji rasa’ ini, memiliki makna tata cara atau pola hidup manusia yang didasarkan pada kajian untuk membedakan sikap salah dan benar melalui ngaji rasa (pengalaman untuk mendengarkan suara hati yang paling dalam). Kajian ini ingin mendapatkan sikap dimana ucapan dan kenyataan menyatu sehingga menghasilkan sari atau inti kehidupan. Sari manusiawi tidak memandang ciri berdasarkan persepsi, misalnya persepsi tentang salah – yang belum tentu salahnya, dan persepsi tentang benar — yang belum tentu benarnya.
Prinsip dasar dari ajaran ini adalah, “Jangan dulu mempelajari orang lain, tapi pelajarilah diri sendiri antara salah benarnya dengan proses ujian mengabdikan diri kepada anak dan istri,” katanya.
Dibekali pengalaman sebagai guru silat, ajaran Takmad berkembang dulu dilingkungan bromocorah, preman jalanan, peminum, pencuri dan pencopet yang bosan dengan hidup yang tidak menentu dan senang menyusahkan orang lain. Mereka mendapat pencerahan dan secara total merubah hidupnya menjadi orang baik begitu ketemu Pak Takmad, ujar Dedy. “Jadinya Polisi sendiri merasa terbantu karena mengurangi kejahatan di Indramayu”, katanya kembali. “Pak Takmad sering mendapat bantuan dari orang-orang yang bersimpati, sebagian bantuan itu disalurkan ke masyarakat sekitar”. Desantara Report / Abe, Aap
{slide=10 Pedoman Identifikasi Aliran Sesat a la MUI}
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan 10 pedoman identifikasi aliran sesat dalam penutupan rakernas MUI di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta, Selasa (6/11/2007). Berikut kriterianya:
1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6.
2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah.
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu.
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya
{/slide}
Tweet
« Pernyataan Sikap DESANTARA Foundation Terkait Keluarnya SKB 3 Menteri Tentang Ahmadiyah
Tulisan sesudahnya:
Ludruk Sebagai Media Resistensi »
Pencarian
Kategori Esai ID
- Matinya Erau dari Tradisi ke Politisasi Etnik
- Menimbang-nimbang Kemaslahatan Undang-Undang Desa 2013
- Islam Kutai dan Persinggungan Politik
- “Menciptakan Seni Alternatif bagi Masyarakat”
- Paraben andi’ ana’, Belenjer andi’ Lake (Perawan Punya Anak, Janda Punya Suami): Kritik Sosial Perempuan Seni Madura terhadap Santri Coret
- Tanah dan Pergeseran Kosmologi Dayak Kenyah
- Prahara Budaya: Refleksi Peradaban Manusia Dayak
- Memahami Klaim Kebenaran Agama: Suatu Refleksi Filosofis
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas
- Bisnis Perizinan Kuasa Pertambangan dan Geliat Pilkada Kota Samarinda
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu
- Adat, Hukum dan Dinamika Subjek Dalam Debat Kumpul Kebo di Mentawai
- Wajah Lain Dari Tegalrejo
Random Post
- Seni dan Gerakan Sosial(0)
- Politik dan Modal dalam Reproduksi Kesenian(0)
- Advokasi Berbasis Pemantauan(0)
- Potret Angkuh Diskriminasi di Kuningan(0)
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif(0)
- Batak: Penjajah (Identitas)?(0)
- Melawan Lupa(0)
- Upacara ritual Arajang di Komunitas Bissu(0)
- Rancangan Perda Kabupaten Cianjur ttg Pelaksanaan Syariat Islam di Kabupaten Cianjur(0)
- Buku Identitas Perempuan Indonesia(0)
- Biarkanlah Kami Melaksanakan Apa yang Kami Yakini(1)
- Dalam Soal Agama dan Kepercayaan, Negara Melampaui Wewenangnya(0)
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu(0)
- Penyerangan Naqsabandiyah Oleh Sekelompok Orang Bercadar(6)
- Menimang Kembali Eksistensi Bahasa Sunda(0)
AKU BARU TAHU, JIKA MUI TELAH MENINGGALKAN MASJIDNYA.RAPATNYA DI HOTEL, BUKAN DI MASJID.