Nabire Butuh Bupati Perempuan
Emanuel Goo | 12 - Dec - 2008Surga berada dibawah telapak Kaki Ibu . Pepatah usang ini nyaris tergiang ditelinga hamper sebagian manusia ketika bersinggungan masalah perempuan .Pepatah ini mengandung makna terdalam yang patut diselami , dimaknai, direnungkan oleh umat manusia terutama kaum pria yang berada diatas dibuana ini sebab pepatah ini menggambarkan seluruh bagian kehidupan sifat, perilaku, pengabdian, dedikasi kaum perempuan kepada semua manusia yang ada dibuana ini . Kata surga mengajarkan kepada kita ,sesederhana, atau sejelek apapun seorang perempuan (,Ibu) dengan segala kemampuan, keadaan , apapun yang dimilikinya dia mempersembahkan yang terbaik bagi semua orang, baik dalam keluarga , masyarakat,bahkan kepada Negara . Kendatipunn hanya satu buah ubi saja mampu mencukupi, membagikan kepada keluarga ,sekalipun dirinya tidak mendapat kebahagian . Disanalah Seorang Ibu (perempuan ) mampu menghadirkan sebuah taman firdaus bagi keluarga lewat pembagian ubi yang menyenangkan bagi suami, anak-anak dan kerabat lainnya .
Banyak kali saya juga mungkin sebagian besar manusia di Nabire mengalami, merasakan, mengamini bagaimana seorang perempuan menghadirkan surga lewat jamahan, sentuhan, wejangan( nasehat) , uluran bantuan , bahkan hidup dalam keprihatinan terhadap anak-anak, suami, kerabat juga orang lain . Ketika saya mengalami , menghadapi dan terbuai dalam persoalan hidup disana perempuan hadir turut prihatin , bahkan ikut menanggung beban masalah kita . Atau pada saat kesulitan biaya hidup hidup , dengan tulus hati ikut ningbrum dalam pergumulan . Disanalah seorang perempuan menghadirkan sebuah kerajaan surga lewat perbuatan kasihnya kepada manusia . Surga ada pada perempuan dan mampu menghadirkan ketika kita mengalami, menghadapi persoalan, pergumulan hidup . Hanya kita kaum laki sulit menghadirkan, memunculkan, membaca signal-signal adanya kehadiran surga itu lewat perendahan terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, marginalisasi , stereotype, diskriminasi terhadap perempuan . Padahal sejelek apapun seorang perempuan datang dengan sejuta misteri yang mampu mencerhkan kaum laki-laki dari kegalutan persoalan . Malahan acapkali kita melupakan samasekali atas kehadiran , kedatangan sebuah surga , terang bagi dunia kegelapan .
Diakui bahwa Perempuan yang sebagai manusia juga adanya kelemahan, kekurangan namun datang dengan sejumput harapan, dambaan yang memberikan bukti lewat karya nyata bagi keluarga , anak maupun kerabat lainnya .
Ketika saya melakukan sebuah liputan di pulau Mambor beberepa waktu , sempat bertandang di rumah Paitua Tawaru. Tak lama duduk sembari melepaskan kepenatan karena keseharian melakukan peliputan , seorang perempuan separuh baya tiba-tiba muncul di ruang tamu dengan membawa secangkir air putih sehingga saat itu rasa kedahagaan kami terhapus seketika dengan kehadiran seorang perempuan . Belum lama berselang beberapa loyang papepa dan lauk telah berada diatas meja . Tim yang dari tadi merasakan haus dan lapar dihapuskan, dikenyangkan oleh seorang perempuan . Seusai kami kenyang ,makanan yang tersisa diatas meja buat dirinya maupun anak-anaknya . Disini memunculkan sebuah makna ,nilai bahwa walaupun dirinya tidak makan, atau minum , memberikan yang terbaik bagi orang lain jauh lebih terpenting ketimbang dirinya . Orang lain jadi prioritas baginya, baik anak-anak, suami,ipar-ipar, dan lainya ketimbang bagi dirinya . Walau dirinya hanya mendapat jatah dari sisa yang ditinggalkan bahkan tidak mendapat kebagian namun jauh lebih merasa puas, bahagia, senang akan kehadiran nilai dirinya untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain . “ Lebih memberikan yang terbaik kepada orang dari dirinya “ pikir perempuan-perempuan dorang yang kadang kita hargai dorang padahal dorang kasih kitorang yang terbaik, ternilai , bagi kitorang .
Atau menengok lagi para perempuan yang berkutat melawan alam yang keras demi menghidupi keluarga di balik gunung-gunung . Saya masih ingat kepada mama-mama di daerah pedalaman Nabire . Pagi hari ketika sang suami dan anak-anaknya belum bangun dari peraduanya, dia sibuk memasak ubi sambil meneteki anak balitanya . belum masak dia keluar memberi makan kepada ternak . Dia membagi ubi tetapi ubi yang besar-besar diberikan kepada sang suami dan anaknya . Yang tersisa itulah menjadi jatahnya . Sembari mengendong anak balita bergegas ke kebun memanen , menyiangi hingga membawa pulang hasil kebun juga kayu . Hasil produksinya sebagian untuk ternak, sebagian pergi berjualan untuk membayar uang sekolah . Tidak sampai disitu dirinya harus menyiapkan makan untuk keluargannya terakhirnya harus melayani suami . Walaupun kesehariannya berkutat dengan rutinitas yang memenjarakan dirinya disanalah nilai-nilai surga yang berada dibawa telapak kaki ditampilkan dengan penuh penuh dedikasi namun acapkali diabaikan, diremehkan, dilihat secara kasat mata oleh manusia lain . Padahal persembahan hasil karya seorang perempuan yang sesederhana apapun memiliki nilai dedikasi, pengabdian, keadilan , kepatuhan , rasa memiliki dan lainya namun tak akan ada nilainya dimata manusia yang menikmatinya buah-buah karya penyembunyi surga dibawah telapak kakinya ini .
Salah satu nilai perempuan menghadirkan surga secara tersirat yang tidak dapat dilihat adalah nilai dalam pengolahan , pendistribusian, dan penyajian makanan kepada keluarga dimana melalui itu dia memepersembahkan, mempertaruhkan segalanya kepada keluarga sebagai symbol kehadiran surga yang tersebunyi dibalik tembok –tembok system patriarkhi .
Seperti Mama Tawaru tadi , kendatipun ikan hanya satu yang sedapatnya dapat dinikmati oleh satu orang itu, Ia berusaha bagaimana Ikan tersebut dapat dinikmati oleh semua orang yang hadir saat itu . Malahan Ikan kecil masih ada sisa sehingga dirinya dapat menikmatinya bahkan beberapa potong diberikan lagi kepada tetangga lainya yang tidak melaut hari itu .
Pada kesempatan di Arui , salah seorang perempuan menyodorkan Papepa sebuah Waskom kecil berisi papepa dan beberapa potong yang saat itu sejumlah orang bercengkrama di sore hari . Dia menyajikan kepada mereka agar menikmati bersama-sama . Karena kekenyangan siasanya dinikmati oleh anak-anak serta dirinya .
Atau seorang perempuan di daerah perkotaan , dari pagi sudah masak buat anak-anak yang pergi kesekolah sedangkan suaminya pergi ke kantor . Dirumah sang isteri menyiapkan makanan buat mereka . Walaupun hanya sebutir telur yang harusnya dinikmati oleh seorang dia berusaha sampai sebutir telur dapat dinikmati oleh suami maupun anak-anaknya walaupun dirinya tidak dapat kebagian . Disinilah ada nilai keadilan, jiwa keibuan untuk semua orang ( anak-anak,suami, anak angkat ) .
Di daerah pedalaman , seorang perempuan memelihara babi seorang diri namun ketika disembelih dinikmati,dirasakan oleh banyak orang. Atau Ubi mulai dari menanam, menyiangi,sampai makanan disajikan adalah seorang diri perempuan . Terakhir ketika membagi makanan , ubi yang kecil-kecil dialah yang mendapat jatahnya .Sementara ubi yang besar dijatahkan untuk anak-anak dan suami serta kerabat lainnya . Bukan beban kerja berat seorang perempuan yang hendak dipersoalkan melainkan menunjukan bagaimana persembahan hasil karya tangannya ini memiliki nilai-nilai dasar keadilan , persemmbahan totalitas ( keseluruhan hidupnya ) kepada orang lainnya .
Disini bagi dirinya sangat tidak penting melainkan seorang perempuan memikirkan kepentingan, keluhan , persoalan,keprihatinan orang lain lewat karya nyata dalam pengabdiannya . Lallu kapan memikirkan,mengurus kepentingan dirinya . Sementara orang lainnya terkadang tak mengetahui, mengenali, membantu ,prihatin ,memperhatikan akan titik-titik kelemahan, keluhan, rintihan, tangisan yang terinjak bersama surga yang berada dibawah telapak kakinya, kunkungan budaya patriarkhinya ?
Dambaan Akan Bupati ?
Menyimak, menyelami , melihat sekilas jiwa besar seorang perempuan sebagai ibu bagi semua orang lewat karya nyata keselamatan maka Di Nabire saat ini perempuan sangat mendambakan , membutuhkan, mengidolakan seorang figure perempuan maju dalam pilkada ini . Sebab selama kepemimpinan Kabupaten kaum laki-laki yang bersanding diatasnya adalah ambisi jabatan, uang, Perbanyak isteri . Selama kepemimpinan ini pula jarang adanya keadilan bagi semua orang malahan yang jauh lebih subur dan marak adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang akhirnya mengahdirkan sebuah ketidakadilan dalam pembagian proyek, jabatan dan lainnya . Karena KKN merajalela maka keadilan kian jauh dari gapain . Banyak jabatan penting dimonopoli oleh koncoh-koncohnya sehingga tidak tempat bagian orang lain yang seharusnya mereka juga memiliki hak yang sama di negerinya sendiri . Orang terutama kaum laki-laki yang punya kuasa, jabatan, uang, tidak mau belajar dari makna keadilan yang dilakukan oleh seorang perempuan dalam ,mempersembahkan ,membagikan makanan . Seharusnya orang yang punya kuasa harus membagi secara adil kepada semua anak-anaknya agar semuanya dapat merasakan menikmati, merasa . Bukan dimonopoli oleh yang punya kuasa, jabatan dan uang . Bukan menambah kekayaan diatas kekayaan . Kaum penguasa mesti belajar dari pola keadilan yang diwujudnyatakan lewat karya keselamatan bagi semua orang , bagaimana Mama Wayar membagi seekor kepada semua orang sehingga semua orang mendapat kebagian bahkan beberapa potonngan dinikmati tetangga sebelah rumahnya . Dia mewujudkan nilai keadilan dalam tindakan bukan pidato-pidato,orasi, retorika belaka tanpa bukti dan aplikasi .
Nilai keadilan, kebersamaan, kasih, ada dalam diri semua perempuan yang ada di Nabire dan itu langsung diaplikasikan dalam kehidupan maka mesti Belajar darinya yang konon Surga berada dibawa telapak Kaki Ibu . Bahkan Keadilan akan hadir Ketika Kabupaten Nabire di Pimpin oleh Seorang Perempuan Nabire . Cari Figur Perempuan? Belum tau ? ,Kami banyak perempuan siap mau dilamar sebagai Bupati mamupun wakil Bupati , disana ada Titi Marey, Mia Rumawi, Tina Rumawi, Damiana Tekege , Orpa Aibekob, Marion Gobay , Klara Gobay, Joseline Sipora Boray dan perempuan Nabire lainya yang tak kalah dengan kkaum laki-laki . Ketika perempuan memimpin rumah Nabire disana akan hadir rasa keadilan bersanding diatasnya sehingga semua orang akan menikmati kue-kue pembangunan itu, apalagi signal-signal kehadiran taman firdaus akan ditampilkan secara tersirat mauoun tersurat walaupun tidak dapat dilihat secara kasat mata. Semoga dengan tulisan ini mendorong dan menghadirkan seorang figure perempuan yang siap menuju pilkada mendatang .
Penulis adalah Jurnalis Tabloid Suara Perempuan Papua Tinggal di Nabire
Tweet
« Kita, Sejarah dan Kebhinekaan: Merumuskan Kembali Keindonesiaan
Tulisan sesudahnya:
Peran Sosial dan Stereotip Sosial »
Pencarian
Kategori Berita ID
- Komunitas Lokal, Krisis Ekologis dan Budaya : Sebuah Diskusi Awal
- Bermufakat Melawan Perusak Lingkungan
- LP USU – Desantara Foundation gelar diskusi buku
- Dakwah Membawa Amarah
- Pelatihan Fotografi dalam Perspektif Multikultural
- Kami Ingin Hidup Berdampingan: Kabar dari Ahmadiyah Makassar
- Kronologis Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten
- LOWONGAN PEKERJAAN: Staf Keuangan
- Susahnya Menjaga Kewarasan di Negeri ini
- Anarkisme Pembangunan di Atas Situs Benteng Somba Opu Makassar
- Sedulur Sikep, Sedulur (Saudara) yang sering disalahtafsirkan
- Seni dan Gerakan Sosial
- Problematika dan Siasat Ekonomi Perempuan Porong
- Penulis buku Bencana Industri merasakan adanya intimidasi
- Diskusi Tentang Film Perempuan Multikultural
Random Post
- Sebuah Pesantren tanpa Gus(4)
- Diskusi Tentang Film Perempuan Multikultural(0)
- Cahaya TV, Belum Tayang Sudah Dilarang(0)
- Mengejar Surga di FPI(0)
- Srinthil 14 : Balian Bawe : Keperkasaan Perempuan Mulai Tenggelam(0)
- Prosesi Pernikahan Adat Wetu Telu – bag 2(0)
- Ngatrulin, Dukun Desan Ngadas, Tengger(0)
- Deport 4 ed. Indonesia(0)
- Maggirik, Bukan Sekadar Seni Pertunjukan(0)
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif(0)
- Jangan Samakan Lidahku dengan Lidahmu(0)
- Potret Islam Kajang(0)
- Hak Minoritas di Indonesia(0)
- Nyanyian Tengger(0)
- Srinthil 13 : Tandha’ : Jungkir Balik Kekuasaan Laki-laki Madura(0)