Peran Sosial dan Stereotip Sosial

admin | 12 - Dec - 2008

Dalam keseharian, masyarakat sering menemui atau bahkan memunculkan berbagai stereotip. Kadang stereotip yang muncul cenderung buruk dan mengaburkan rasionalitas. Stereotip sendiri sering diartikan pandangan atau reaksi tertentu terhadap kelompok, individu atau masyarakat dsb berdasar asumsi kita terhadap kelompok tersebut tanpa berdasar pengetahuan apa-apa tentang mereka. Artinya stereotip sering dibangun atas dasar pandangan umum yang berkembang.

Stereotip yang buruk atau negatip sering mengolok-olok, mengkarakterkan secara ngawur berbasis nilai-nilai ras, gender, kelas, dam label-label lain. Olok-olok atau karakterisasi sembarangan misalnya “orang Padang pelit, “Madura menang sendiri, “BatakKasar, “Jawa main belakang, atau “Ambon preman penagih utang. Atau dalam konteks poskolonial ada “Kristen sang penyelamat, “Timur kafir tidak beradab, “Timur eksotis dan sebagainya.

Dalam konteks perempuan pun sering terjadi stereotip yang condong mengarah kepada segreasi atas pekerjaan. Artinya peran sosial perempuan sering dibangun berdasar stereotip. Seorang perempuan macam Tamara Blezinsky seandainya memiliki gelar doktor dan summa cumlaude dari universitas ternama di dunia akan sering dipandang bukan prestasi cemerlang pribadi atau bahkan akan dipandang cocok bekerja atau sering dijadikan sebagai sekretaris, hubungan masyarakat, dan sebagainya ketimbang jabatan atau posisi strategis di garda depan.



Tulisan sebelumnya:
«

Tulisan sesudahnya:
»

Isi Komentar