Feminisasi Kemiskinan
admin | 16 - Oct - 2008Pokok perhatian dari isu ‘feminisasi kemiskinan’ adalah pembongkaran dimensi kemiskikinan perempuan berbasis jender. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Diana Pearce untuk menyebut paradoks keberadaan ibu rumah tangga tunggal yang jumlah dan tingkat kemiskinannya terus meningkat, dibandingkan dengan kemajuan berarti pada jumlah para perempuan yang berada di pasar kerja.
Feminisasi kemiskinan menjelaskan kelemahan posisi ekonomi perempuan dalam sistem pembagian kerja berdasar jenis kelamin, dimana perempuan selalu berkubang dengan tanggung jawab pekerjaan rumah tangga sedang kaum lelaki selalu diindentifikasi sebagai penanggung jawab utama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Partispasi perempuan di dalam pasar kerja terkendala oleh tanggung jawab mereka dalam ruman tangga, lebih jauh pengaruh kuat ideologi keluarga yang dipadu dengan kondisi material kapitalisme menyebabkan upah kerja perempuan tidak begitu dihargai. Paham negara makmur nampaknya begitu menguatkan perbedaan antara ‘pemenuh kebutuhan rumah tangga’ dan ‘mereka yang tergantung’. Keberadaan perempuan dalam pasar kerja yang tidak begitu menguntungkan menyebabkan para perempuan tersebut tidak begitu mau meneguhkan diri mereka sebagai pekerja namun lebih pada sebagai ibu rumah tangga, ibu dari anak-anak mereka, merekapun harus mengantungkan tingkat pendapatan yang sangat rendah dari kemakmuran yang ada. Feminisasi kemiskinan yang tumbuh itu pun berkembang dari kesalingketerkaitan persoalan antar posisi yang lemah perempuan dalam keluarga, pasar kerja dan negara.
Dewasa ini, pengunaan istilah feminisasi perempuan semakin berkurang meski memiliki peran sangat penting untuk menganalisa dimensi kemiskinan perempuan berbasis jender. Istilah feminisasi kemiskinan juga sering dikritik karena selalu menggunakan asumsi deteritori ketika melihat kondisi kemiskinan perempuan. Asumsi tersebut seolah menunjukan bahwa kemiskinan perempuan adalah fenomena saat ini dan jumlah perempuan miskin selalu melampaui jumlah laki-laki miskin. Memang tidak dinafikan pula, kemiskinan perempuan begitu kasat mata dengan meningkatnya jumlah perempuan tunggal. Posisi ekonomi perempuan yang tidak menguntungkan akan selamanya tersembunyi dalam bingkai rumah tangga dan keluarga yang selalu salah mengasumsikan bahwa semua anggota keluarga memiliki bagian pendapatan yang sama rata.
Tweet
« Desantara Report on Minority Issues 02 Bahasa Indonesia
Tulisan sesudahnya:
Cahaya TV, Belum Tayang Sudah Dilarang »
Pencarian
Kategori Esai ID
- Matinya Erau dari Tradisi ke Politisasi Etnik
- Menimbang-nimbang Kemaslahatan Undang-Undang Desa 2013
- Islam Kutai dan Persinggungan Politik
- “Menciptakan Seni Alternatif bagi Masyarakat”
- Paraben andi’ ana’, Belenjer andi’ Lake (Perawan Punya Anak, Janda Punya Suami): Kritik Sosial Perempuan Seni Madura terhadap Santri Coret
- Tanah dan Pergeseran Kosmologi Dayak Kenyah
- Prahara Budaya: Refleksi Peradaban Manusia Dayak
- Memahami Klaim Kebenaran Agama: Suatu Refleksi Filosofis
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas
- Bisnis Perizinan Kuasa Pertambangan dan Geliat Pilkada Kota Samarinda
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu
- Adat, Hukum dan Dinamika Subjek Dalam Debat Kumpul Kebo di Mentawai
- Wajah Lain Dari Tegalrejo
Random Post
- Sejarah Kegilaan dan Konstruksi Kebenaran(1)
- ‘Kafir’ versus Memori Kolektif(0)
- Dayak Kenyah bag. 3(0)
- Kep Walikota Magelang No.421 Thn 2002(0)
- Etnisitas(0)
- Adat, Hukum dan Dinamika Subjek Dalam Debat Kumpul Kebo di Mentawai(0)
- Dewan Kesenian Di Mata Para Seniman(0)
- Politik Kerukunan Model Negara(0)
- Yang Sesat dan Yang Ngamuk(0)
- Put Mu’inah: Orang PKI Juga Ber-Tuhan(1)
- Ketika Massenrengpulu Menampik Bugis(0)
- Ketika Pesantren Bersanding dengan Kesenian: Rekonsiliasi atau Islamisasi?(0)
- Cikoang bagian 2(0)
- Nasib Kuntulan di Tengah Desakan Purifikasi Islam(0)
- Aksi Massa Tolak Pabrik Semen di Pati Terus Berlanjut(0)