Medan: Enam Hari Menulis Keanekaragaman
Didit F.Utomo | 1 - Sep - 2008Enam hari berturut-turut, dimulai tanggal 23 hingga 28 Juni 2008, 14 peserta terpilih mengikuti Sekolah Multikultural yang diselenggarakan oleh Desantara Foundation di Medan, Sumatra Utara. Kerjasama dan dukungan penuh dari Jurusan Ilmu Antropologi Universitas Sumatra Utara (USU) sangat membantu bagi tercapainya tujuan awal sekolah multikultural Desantara: Mengencangkan ikatan budaya dan menghormati keanekaragaman. Hal itu juga bisa dilihat dari proses serta hasil presentasi masing-masing peserta tentang apa saja yang mereka tulis dan refleksikan selama kegiatan berlangsung.
“Yang kita inginkan adalah tulisan yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari,” ujar salah satu fasilitator dari Desantara Foundation. Memang, pada awalnya, peserta terkesan normatif dalam menuangkan gagasan, menarasikannya seperti literatur kebanyakan, dan bukan dari pengalamannya sendiri. Tetapi, setelah melalui beberapa latihan menulis dan diskusi yang begitu cair, para peserta tampak mulai terbiasa menuangkan pengalaman kesehariannya (budaya) selama ini dalam bentuk tulisan. Bukan lagi sebuah model tulisan yang dirangkai dengan cara comot sana comot sini, bergerilya di tengah tumpukan pemikir-pemikir besar.
Salah seorang peserta yang beretnis Batak Mandailing bahkan menuliskan hubungan keluarganya, ia dan ayahnya, sebagai pengalaman bagaimana karakternya dibentuk sampai pola relasi sosial yang terjalin. Semua itu dimulai dan berawal dari perbincangan hangat di atas sebuah meja makan. Selanjutnya, tema-tema seperti stereotipe etnis, realitas kehidupan jalanan, sampai pengelolaan sampah, mengalir begitu saja menjadi ide pembahasan dan tulisan yang menarik dari para peserta.
Berkah enam hari mengikuti Sekolah Multikultural di Medan, bahwa masing-masing orang, mampu mendialogkan perbedaan dan saling menghormati pemikiran, keluar dari fanatisme serta belenggu sesat fikir. Tak hanya mandeg sampai pelatihan usai, para peserta/alumni Sekolah Multikultural kemudian aktif menulis dan menjadikan website Desantara sebagai ruang untuk mengalirkan gagasan-gagasan mereka.
Tweet
« Mereka Yang Meneguhkan: Jejak Debat Historiografi Using Banyuwangi
Tulisan sesudahnya:
Jalan Menuju Peneguhan Identitas ke-Using-an »
Pencarian
Kategori Catatan Lapangan ID
- Pelatihan Penelitian Sosio-legal di STH Galunggung, Tasikmalaya
- Merdeka Membuat Media
- Sebuah Pesantren tanpa Gus
- Dari Angkruk Kinanti hingga Sakit Gigi
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Warisan dan Jalan Bahagia Tuan Baak
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Banyuwangi: Sebuah Catatan
- Buruh Sortir Kopi Gayo I
- Cerita dari Papua
- Dari Jalanan Menuju Gedung Dewan
- Medan: Enam Hari Menulis Keanekaragaman
- Cerita dari Serkan
Random Post
- Mengangkat Kembali Wacana Komunalisme(0)
- Cikoang bagian 1(0)
- Ritual Bebalai dan Komunitas Yang Terlupakan(0)
- Mitos Sinrilik dan Narasi Kolonial(0)
- Teori Negara(0)
- Plesetan Lokalitas, Politik Pribumisasi Islam(0)
- Pengakuan Hak-hak Perempuan dalam Perkawinan(0)
- Multikulturalisme, Islam, dan Politik Anti Diskriminasi(0)
- Satu Lagi, Masjid Ahmadiyah di Sukabumi Dibakar(0)
- Beasiswa Pelatihan Jurnalisme Perempuan Multikultural 2008(0)
- Gandrung Temu, Merawat Harapan(0)
- Kisah Orang Tompu, Sebuah Potret Buruk Pembangunan di Sulawesi Tengah(0)
- Nyanyian Tengger(0)
- Paradigma Budaya dan Politik Anggaran Kita(0)
- Peta Kebudayaan dari Kacamata Sosiologis(0)