Komunitas NU di AS Terbentuk
admin | 3 - Jul - 2008Dunia Islam dan Barat tidak harus dipandang antagonis dan bertentangan, tetapi saling melengkapi dan memperkaya.
Pikiran utama ini mengemuka dalam acara deklarasi pendirian Komunitas Nahdlatul Ulama di Amerika Serikat (KNU-AS) yang berlangsung pada Minggu (29/6) WIB di Boston, Massachusetts, dan digagas sekitar 20 aktivis NU yang kini menyebar di beberapa negara bagian AS.
Empat di antaranya hadir saat deklarasi, yaitu Sumanto Al- Qurtubi dan Achmad Tohe (keduanya mahasiswa PhD di Universitas Boston), Achmad Munjid (mahasiswa PhD di Universitas Temple), dan Ulil Abshar-Abdalla (mahasiswa PhD di Universitas Harvard). Dari kalangan Muhammadiyah hadir Sukidi Mulyadi yang sekarang menempuh program PhD di Universitas Harvard.
Dalam komunikasi Boston-Jakarta, Ulil kepada Kompas mengatakan, ada tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan para deklarator KNU-AS. Pertama, hubungan dunia Islam-Barat yang masih diwarnai prasangka. Kedua, kehidupan berbangsa dan bernegara yang memprihatinkan. Ketiga, melemahnya vitalitas NU sebagai ormas keagamaan.
”Islam bisa memberikan kontribusi positif bagi dunia Barat. Begitu pula perjumpaan dunia Islam-Barat bisa memberikan kontribusi positif bagi dunia Islam,” demikian bunyi deklarasi yang dibacakan Ulil.
Meskipun merupakan wadah umat Islam di AS yang memiliki hubungan kultural dan keagamaan dengan tradisi NU, menurut Ulil, KNU-AS berusaha merumuskan identitas ke-NU-an yang terbuka.
Deklarasi sepanjang tiga alinea itu ditutup dengan doa yang dibacakan Sukidi Mulyadi (Muhammadiyah) dan Achmad Munjid (NU).
”Agar NU dan Muhammadiyah bisa bekerja sama untuk mengembangkan pemahaman Islam yang kontekstual dan progresif di Amerika,” kata Ulil mengenai doa yang dibacakan aktivis dua ormas Islam itu.
Aktivis NU lain yang terlibat dalam persiapan deklarasi ini antara lain Akhmad Sahal (mahasiswa PhD di Universitas Pennsylvania), Syamsul Ma’arif (mahasiswa PhD di Universitas Negara Bagian Arizona), dan Salahuddin Kafrawi, profesor filsafat Islam di William and Hobart College (Geneva, New York). Kompas.Com SAL
Tweet
« Perjumpaan Multikultural, Sarana Menghargai Keaneakaragaman
Tulisan sesudahnya:
Pada Sebuah Khotbah »
Pencarian
Kategori Berita ID
- Komunitas Lokal, Krisis Ekologis dan Budaya : Sebuah Diskusi Awal
- Bermufakat Melawan Perusak Lingkungan
- LP USU – Desantara Foundation gelar diskusi buku
- Dakwah Membawa Amarah
- Pelatihan Fotografi dalam Perspektif Multikultural
- Kami Ingin Hidup Berdampingan: Kabar dari Ahmadiyah Makassar
- Kronologis Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten
- LOWONGAN PEKERJAAN: Staf Keuangan
- Susahnya Menjaga Kewarasan di Negeri ini
- Anarkisme Pembangunan di Atas Situs Benteng Somba Opu Makassar
- Sedulur Sikep, Sedulur (Saudara) yang sering disalahtafsirkan
- Seni dan Gerakan Sosial
- Problematika dan Siasat Ekonomi Perempuan Porong
- Penulis buku Bencana Industri merasakan adanya intimidasi
- Diskusi Tentang Film Perempuan Multikultural
Random Post
- Dituduh Aliran Sesat, Warga Komunitas Adat Salena Tewas Ditembak Polisi(0)
- Aksi Gebrak Lapindo Dibuka dengan Pembacaan Naskah “PROKLAMATI”(0)
- Pelatihan Fotografi dalam Perspektif Multikultural(0)
- Obyektifitas(0)
- Upacara Serentaon(0)
- Mazhab Birmingham dan Mazhab Frankfurt(0)
- Menjadi Diri Sendiri(0)
- Pernyataan Sikap atas Penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik(0)
- Pancasila Ternodai di Hari Kelahirannya(0)
- Lagu atau Nasyid?(0)
- Mujono: Sang Pengawal Budaya Tengger(0)
- Komunitas NU-AS: Islam-Barat Harus Saling Memperkaya(0)
- Seniman Cikeusal, Tegar di Tengah Kemoderenan(0)
- Kiai Nyeni(0)
- Video Upacara Seren Taun di Cugugur, Kuningan bagian 3(0)