Giliran Perempuan Menolak Pabrik Semen di Pati
admin | 15 - Jul - 2008Upaya penolakan rencana pendirian pabrik semen di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terus berlanjut. Kini kaum perempuan juga ikut terlibat, bahkan cenderung lebih intensif dibandingkan dengan kaum pria.
Menurut Gunarti, tokoh perempuan muda dari Sedulur Sikep, Senin (14/7), langkah yang ditempuh kaumnya didasari atas kenyataan bahwa kehidupan rumah tangga tidak terlepas dari peran suami dan istri. ”Apalagi ini sudah menyangkut tentang sumber penghasilan dan sumber kehidupan kami, yaitu sawah, tegal, dan pekarangan kami,” tuturnya.
Gunarti mengaku tahu banyak tentang rencana pendirian pabrik semen yang akan dilaksanakan PT Semen Gresik Tbk karena ia aktif bersama kakaknya, Gunretno, serta lembaga swadaya masyarakat ataupun kalangan perguruan tinggi yang bertemu dan berdiskusi tentang proyek itu.
Menurut Gunarti, yang selalu mengenakan kain dan kebaya warna hitam, dalam kurun waktu sebulan terakhir sudah beberapa kali digelar pertemuan dengan kaumnya yang dihadiri wakil dari 10 desa.
”Setelah kami jelaskan secara terbuka, banyak kaum saya di Desa Kedumulyo menolak rencana pendirian pabrik semen. Areal sawah yang bakal tergusur ada di desa itu,” katanya.
Sanggahan
Direksi PT Semen Gresik (Persero) Tbk kemarin melayangkan sanggahan atas berita ”Penelitian ESDM-SG-Undip Dinilai Tak Layak oleh Peneliti UGM-UPN” (Kompas 12/7). Menurut Kepala Divisi Komunikasi Saifuddin Zuhri, pihaknya tak pernah ”memesan” pekerjaan kepada Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen ESDM, dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Undip.
”Sampai saat ini masih dilakukan studi amdal oleh PPLH Undip yang hasilnya dijadwalkan selesai September 2008. Kepada semua pihak diharapkan saling menghargai sesama institusi perguruan tinggi dan lembaga pemerintah yang mempunyai kompetensi dalam masalah ini. Apalagi menuduh sebuah rencana yang mendapat izin resmi pemerintah dengan sebutan ilegal,” ujar Saifuddin Zuhri. (sup/asa)
Tweet
« Komunitas NU-AS: Islam-Barat Harus Saling Memperkaya
Tulisan sesudahnya:
Gus Dur dan Penghargaan Perdamaian dari Taman Amir Hamzah »
Pencarian
Kategori Berita ID
- Komunitas Lokal, Krisis Ekologis dan Budaya : Sebuah Diskusi Awal
- Bermufakat Melawan Perusak Lingkungan
- LP USU – Desantara Foundation gelar diskusi buku
- Dakwah Membawa Amarah
- Pelatihan Fotografi dalam Perspektif Multikultural
- Kami Ingin Hidup Berdampingan: Kabar dari Ahmadiyah Makassar
- Kronologis Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten
- LOWONGAN PEKERJAAN: Staf Keuangan
- Susahnya Menjaga Kewarasan di Negeri ini
- Anarkisme Pembangunan di Atas Situs Benteng Somba Opu Makassar
- Sedulur Sikep, Sedulur (Saudara) yang sering disalahtafsirkan
- Seni dan Gerakan Sosial
- Problematika dan Siasat Ekonomi Perempuan Porong
- Penulis buku Bencana Industri merasakan adanya intimidasi
- Diskusi Tentang Film Perempuan Multikultural
Random Post
- Srinthil 01 : Jaipong Jatinegara(0)
- Kep Walikota Magelang No.421 Thn 2002(0)
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara(0)
- Cara Beda To Mimala Memaknai Yang Esa(0)
- Banci Di Televisi: Digemari Sekaligus Dicaci-maki(0)
- Komunitas NU-AS: Islam-Barat Harus Saling Memperkaya(0)
- Menagih Jaminan Kebebasan Berkeyakinan: Respon atas Fatwa MUI terhadap Aliran Al-Qiyadah(0)
- Kawin Beda Agama Membentur Tembok Negara(0)
- Hubungan Bapak dengan Kami(0)
- Pengumuman Penerima Sekolah Multikultural di Medan(0)
- Srinthil 10 : Perempuan dan Komodifikasi Seksualitas(0)
- Demo menolak RUU Antipornografi dan Pornoaksi bag. 2(0)
- Kami Bertapa dalam Hiruk-pikuk Kehidupan(2)
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda(0)
- Gandrang Bulo 1942(0)