Dedi: Apa Sih Maunya Negara?
admin | 4 - Jun - 2008Oleh Desantara / Abu Bakar / Nur Aflahatun
Dedi adalah salah satu anggota komunitas Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Losarang. Pria berambut gondrong yang tidak pernah memakai baju (mblindis) ini menambatkan pilihannya menjadi pengikut komunitas tersebut sejak delapan tahun lalu. “Saya hanya ingin mempelajari dan mengamalkan ajaran dari Bapak (Takmad Diningrat),” tutur Dedi usai seharian menghabiskan waktunya di sawah menyambut panen.
Sebagai bagian dari komunitas yang terkena imbas rekomendasi Bakorpakem Indramayu, lelaki berusia seperempat abad ini merasa prihatin. Tetapi secara pribadi, Dedi tak peduli dengan rekomendasi itu. Ia lebih menekankan pada perjalanannya mengenal dan mengabdi pada nasehat Bapak Takmad beserta pandangannya dalam menyikapi fatwa sesat MUI terhadap apa yang diyakininya selama ini sebagai sebuah proses memaknai arti kebenaran itu sendiri. Berikut petikan wawancara yang dirangkum oleh kontributor Deport, Abu Bakar dan Nur Aflahathun.
Bagaimana tanggapan dan sikap Dedi mengenai fatwa sesat MUI terhadap Suku Dayak Dermayu ini?
Awalnya, saya merasa resah dengan adanya fatwa sesat MUI, karena dengan adanya fatwa sesat ini akan mengundang sentimen dan antipati dari masyarakat dan dikhawatirkan dapat memicu terjadinya penyerangan dari pihak lain, seperti yang terjadi pada aliran dan komunitas lainnya. Sampai saat ini, bersama ribuan pengikut, kami tetap melakukan aktivitas seperti hari biasanya. Kami pun tidak terpengaruh setelah muncul pernyataan pembekuan Pakem. Sebenarnya tuduhan mengenai keberadaan Suku Dayak Losarang yang meresahkan warga tidak beralasan sama sekali, karena kami tidak pernah mempengaruhi masyarakat, apalagi mengajak untuk ikut masuk dalam ajaran yang dianut. Selain itu, suku Dayak Losarang merasa selalu hidup berdampingan dan tidak meresahkan masyarakat sekitar. Ini bukan merupakan bentuk perlawanan terhadap pemerintah, tetapi ajaran yang ada dalam Suku Dayak ini merupakan budaya yang semestinya perlu dilestarikan.
Apakah anggota komunitas Dayak Losarang pernah mengalami tindakan diskriminasi oleh pemerintah, misalnya soal pencatatan KTP atau pencatatan nikah oleh KUA?
Sebenarnya, kami tidak merasa keberatan tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), akan tetapi untuk beberapa anggota lain pernah mengalami kesulitan pada pengisian kolom agama di KTP, hal ini sebagai sikap keberatan sikap Dinas Catatan Sipil Indramayu. Tapi untuk pencatatan nikah oleh KUA, karena diperlukan adanya status agama yang tertera di KTP, maka kami mengikuti dengan mengisi status Islam pada kolom agama di KTP. Tapi justru KUA mendapatkan kecaman dari beberapa ormas Islam di Indramayu karena menikahkan anggota Suku Dayak Losarang secara Islam.
Bagaimana perkembangan terakhir komunitas ini?
Sebenarnya, saya tidak mengikuti perkembangan keputusan pemerintah. seolah-olah isu sesat yang ditujukan kepada Suku Dayak Losarang tidak ramai dibicarakan oleh berbagai pihak. Apa yang dialami oleh Suku Dayak Losarang dan beberapa aliran dan keyakinan agama, seharusnya tidak terjadi sama sekali. Selama ini, ajaran Bapak Takmad telah merubah cara pandang dan berpikir anggota, dari yang dulunya suka berbuat kriminal, nakal, dan sikap-sikap tidak terpuji lainnya, menjadi dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Tentunya ini terkait dengan ajaran ngaji alam Suku Dayak Losarang. Desantara
Tweet
« Hikayat Si Baik melawan Si Jahat
Tulisan sesudahnya:
Konspirasi Agama-Negara Hancurkan Hak-Hak Sipil »
Pencarian
Kategori Esai ID
- Matinya Erau dari Tradisi ke Politisasi Etnik
- Menimbang-nimbang Kemaslahatan Undang-Undang Desa 2013
- Islam Kutai dan Persinggungan Politik
- “Menciptakan Seni Alternatif bagi Masyarakat”
- Paraben andi’ ana’, Belenjer andi’ Lake (Perawan Punya Anak, Janda Punya Suami): Kritik Sosial Perempuan Seni Madura terhadap Santri Coret
- Tanah dan Pergeseran Kosmologi Dayak Kenyah
- Prahara Budaya: Refleksi Peradaban Manusia Dayak
- Memahami Klaim Kebenaran Agama: Suatu Refleksi Filosofis
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas
- Bisnis Perizinan Kuasa Pertambangan dan Geliat Pilkada Kota Samarinda
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu
- Adat, Hukum dan Dinamika Subjek Dalam Debat Kumpul Kebo di Mentawai
- Wajah Lain Dari Tegalrejo
Random Post
- Cara NU Gabus Tolak Pendirian Pabrik Semen Gresik(0)
- Persoalannya Hukum, Tafsirnya Teologi(0)
- Fanonisme Kritis(0)
- Kebudayaan Tak Sekedar Barang Pajangan(0)
- Raharjo Untung: Jika Terus Konflik, DKJ akan rapuh(0)
- Polemik Pembangunan Pemakaman Kristen Di Kedung Menjangan Cirebon(0)
- Laporan Kebebasan Beragama Internasional 2003(0)
- Agama Para Raja(0)
- Mitos Sinrilik dan Narasi Kolonial(0)
- Wajah Lain Dari Tegalrejo(0)
- Pernyataan Sikap: Negara Sebaiknya Bersikap Adil dan Netral(0)
- Belajar dari Nagari(0)
- Cikoang bagian 2(0)
- Tidak Semua Budaya Harus Dilarang(0)
- Majalah Desantara Edisi 14/Tahun V/2005 : Beragam Agama, Satu Budaya(0)