Video Komunitas dan Pelatihan Menulis Multikultural
F Utomo | 5 - Jun - 2008Oleh Desantara / F Utomo
Memasuki paruh pertama tahun 2008, Desantara Foundation menggelar dua kegiatan utama yang meliputi bidang audio visual dan pelatihan menulis. Pembuatan video dokumenter menjadi pilihan strategis terkait agenda rekonsiliasi budaya dan upaya memobilisasi kekuatan sipil di komunitas lokal. Desantara memproyeksikan beberapa daerah untuk mengadakan workshop dan pembuatan film komunitas. Salah satunya di Jawa Tengah. Komunitas Sedulur Sikep, lebih dikenal sebagai Komunitas Samin, di daerah Pati, Jawa Tengah, menjadi tempat pertama penyelenggaraan workshop film sekaligus debut film dokumenter di tahun 2008. Selanjutnya, pelatihan menulis yang bertajuk “Sekolah Multikultural Desantara,” akan diadakan di tiga wilayah, Medan, Makasar, Sulawesi Selatan dan Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Beberapa Catatan Aktivitas
Workshop film komunitas diselenggarakan bersama Paguyuban Kadang Sikep. Paguyuban tersebut merupakan wadah kalangan muda Sedulur Sikep, sekaligus menjadi medium tukar gagasan dan jembatan komunikasi terhadap entitas masyarakat di luarnya. Tantangan yang dirasakan oleh fasilitator pada saat proses integrasi sosial serta pelaksanaan workshop adalah pengalaman representasi yang dirasakan oleh individu-individu komunitas sedulur sikep.
Tercatat pada tanggal 8 Februari 2008, Desantara mulai melakukan aktivitas workshop film di komunitas sedulur sikep. Ada beberapa hal yang sekiranya menjadi catatan penting bagi fasilitator dan Desantara dalam proses workshop dan pembuatan film di Pati, Jawa Tengah. Pertama, proses pembuatan film komunitas bukan sekadar sebuah proses merekam. Hal ini berarti ada posisi yang egaliter antara Desantara sebagai entitas yang merepresentasi, dengan komunitas sedulur sikep sebagai entitas yang dipresentasikan. Kedua, Desantara harus menerima kenyataan bahwa komunitas sedulur sikep akan bersikap resisten terhadap berbagai bentuk representasi. Kondisi demikian harus dipahami dalam konteks keyakinan ajaran saminisme yang menekankan pada prinsip laku (lakon). Ketiga, proses sharing pengalaman dan refleksi mengenai keberadaan instrumen visual di tengah kehidupan sedulur sikep, sebisa mungkin bermakna non-metodis dan tidak formal. Dengan demikian komunitas sedulur sikep sebagai pihak partisipan, secara pro aktif mendorong terlaksanakanya pembuatan film komunitas.
Bersama, Menulis Keanekaragaman
Selain pembuatan film komunitas, Desantara juga mengadakan pelatihan menulis di beberapa wilayah di Indonesia. Sebelumnya, pelatihan sejenis sempat diadakan dengan model yang berbeda seperti madrasah emansipatoris, jurnalisme perempuan multikultural, dan kini sekolah multikultural.
Akhir-akhir ini kehidupan agama dan kebudayaan semakin terancam karena diversitas semakin memudar lantaran kesalahan membuat kebijakan. Nyaris dalam kurun waktu sepuluh tahun "masa reformasi," kondisi kebebasan beragama masih belum berubah, terancam dakwaan penodaan agama yang muncul dari fatwa MUI, aparat kepolisian, dan Kejaksaan. Menurut beberapa sumber, selama masa pemerintahaan SBY-Kalla, sudah terjadi lebih dari 170 kali aksi kekerasan terhadap kelompok agama/ budaya minoritas. Kelompok yang satu mencurigai dan melakukan sikap permusuhan terhadap kelompok lain. Keanekaragaman semakin pudar, kehidupan multikultural terancam, relasi dan perjumpaan yang saling berbagi pengalaman menjadi barang langka di Indonesia.
Terkait dengan formulasi ide belajar menulis keanekaragaman, Desantara mengajak segenap kaum muda (praktisi, peneliti, jurnalis, akdemisi, aktivis, dsb) untuk berpatisipasi mengikuti sekolah multikultural pada tempat dan jadwal yang telah ditentukan. Sementara ini, kepanitiaan menetapkan kegiatan di beberapa tempat secara tentatif. Sekolah mutlikultural di Sumatra Utara (Medan) diadakan pada tanggal 23-26 Juni 2008, Sulawesi Selatan (Makasar) tanggal 5-11 Juni 2008, dan Nusa Tenggara Barat (Lombok) tanggal 21-27 Juli 2008. Mengenai informasi lebih lanjut, bisa dilihat di website desantara.or.id. Selamat berkarya! Desantara Report
Tweet
« Nestapa Keluarga Tanpa Status Kewarganegaraan
Tulisan sesudahnya:
Pribumisasi Islam: Siasat Mengoyak Tafsir Islam ?Murni? »
Pencarian
Kategori Catatan Lapangan ID
- Pelatihan Penelitian Sosio-legal di STH Galunggung, Tasikmalaya
- Merdeka Membuat Media
- Sebuah Pesantren tanpa Gus
- Dari Angkruk Kinanti hingga Sakit Gigi
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Warisan dan Jalan Bahagia Tuan Baak
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Banyuwangi: Sebuah Catatan
- Buruh Sortir Kopi Gayo I
- Cerita dari Papua
- Dari Jalanan Menuju Gedung Dewan
- Medan: Enam Hari Menulis Keanekaragaman
- Cerita dari Serkan
Random Post
- Jejak Diskriminasi dalam UU Catatan Sipil(0)
- Membaca Dokumen Multikultural Di Kabupaten Pati Saat Ini(1)
- Imam Perempuan dan Tubuh Tuhan(0)
- Pemisah Metonimik(0)
- Marxisme & Kritik Sastra(0)
- Ketika Pesantren Bersanding dengan Kesenian: Rekonsiliasi atau Islamisasi?(0)
- Upacara ritual Gawe Beleq dan Mungut Lekong(0)
- Kiai Nyeni(0)
- Marxisme dan Kritik Sastra(2)
- Demo menolak RUU Antipornografi dan Pornoaksi bag. 1(0)
- RUU KUB memasung dan tidak merukunkan?(0)
- Slamet Menur, Sebuah Anomali dalam Industri Kesenian(0)
- Statement Desantara Foundation(0)
- Kurangi Birokratisasi Agama(0)
- Potret Angkuh Diskriminasi di Kuningan(0)