Paul Feyerabend
admin | 4 - Jun - 2008Paul Feyerabend (1924-1994) lahir di Wina, Austria. Anak seorang wakil rakyat. Ibunya seorang penjahit pakaian wanita. Masa mudanya dihabiskan untuk belajar teater, seni suara dan sejarah teater. Tahun 1946 ia menerima beasiswa untuk belajar menyayi dan manajemen di Weimar. Tahun 1947 ia kembali ke Wina untuk belajar sejarah dan sosiologi di Universitas Wina. Tak lama kemudian ia pindah ke jurusan fisika dan berhasil menerbitkan makalah tentang ilustrasi fisika modern. Pada periode ini Feyerabend dikenal sebagai positifistik. Setelah belajar sains di Universitas Wina, Feyerabend mengambil filsafat untuk tesis doktoralnya. Minatnya yang tinggi terhadap filsafat keilmuan membuatnya dikenal sebagai filosof ilmu pengetahuan. Ia berusaha mencari aturan-aturan dari metode ilmu pengetahuan yang lebih tepat.
Feyerabend kecil sering dilanda dengan ketakutan. Ia tergolong anak yang lemah dan sering sakit-sakitan. Sehari-hari hanya bermain di sekitar rumah. Sesekali Feyerabend nonton sinema. Ia mulai sekolah ketika berumur enam tahun. Tapi ia belum bisa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya. Bahkan ia tidak tahu harus berbuat atau berperilaku seperti apa ketika bersama teman-teman sekolahnya. Buku yang disenanginya adalah sesuatu yang baru baginya. Ia sangat menyukai buku-buku magic, dan sanggup menghabiskan waktu berjam-jam. Ketika melihat sesuatu ia sering kali memperturutkan kata hatinya. Apa yang disenanginya itulah yang dilakukannya. Pengakuannya, ia tidak pernah fokus pada satu hal. Namun kesenangannya terhadap musik melebihi kesenangan intelektual lainnya.
Kondisi Politik
Feyerabend hidup dalam masa Perang Dunia II. Kehidupan perang membawanya kepada wajib militer. Jerman adalah penguasa Wina waktu itu. Walaupun Feyerabend tidak suka Hittler, namun ia memuji orasi yang dibawakan oleh Hitler. Wina pernah disatukan dengan Jerman pada tahun 1938. Perlakuan terhadap kelas Yahudi sangat beda dengan yang lain. Namun demikian Feyerabend tidak memberikan pendapat yang jelas mengenai perlakuan beda ini.
“Saya mempelajari kejadian-kejadian sesudah masa peperangan usai hanya melalui artikel di koran, buku-buku, televisi dan saya tidak terpengaruh oleh semua kejadian itu. Saya tidak menilai secara serampangan. Apalagi men-judge bahwa mereka (Hitler dan koleganya) buruk dan semacamnya. Karena konteks dimana peperangan itu terjadi tidak memberikan makna apa pun untuk diberikan sebuah penilaian. Bagi saya, penjajahan Jerman bukan persoalan moral. Peperangan itu hanya menyusahkan.”
Perjalanan Karirnya
Karir intelektualnya diawali dengan pertemuannya dengan Karl Popper yang terjadi ketika Feyerabend mengikuti seminar masyarakat kampus Austria, tahun 1948 di Alpbach. Feyerabend menjadi sekretaris seminar waktu itu. Karl Popper merupakan ikon dari pemikiran rasionalisme kritis. Popper sendiri terkenal dengan metode falsifikasinya. Tahun ini juga Feyerabend menikahi istri pertamanya, Edeltrud. Sesudah itu Feyerabend mulai aktif mengikuti seminar-seminar yang dihadiri oleh Popper.
Tahun 1949 ia menjadi ketua kumpulan Kraft, Kraft Circle, kajian kelompok studi filsafat, yang berpusat di rumah Victor Craft, pembimbing disertasi Paul Feyerabend sendiri. Ludwig Wittgenstein pernah mengisi di kelompok kajian ini. Setahun kemudian Feyerabend menerima gelar doktor dengan judul disertasi Basic Statements (Pernyataan-pernyataan Dasar). Kemudian ia melamar beasiswa di British Council untuk melanjutkan pendidikan di bawah bimbingan Ludwig Wittgenstein, di Cambridge. Namun Wittgenstein keburu meninggal sebelum Paul Feyerabend sampai di Inggris. Sehingga Feyerabend memilih Popper untuk menjadi pembimbingnya.
Di bawah bimbingan Popper, Feyerabend mengkonsentrasikan diri pada teori Quantum dan pikiran-pikiran Wittgenstein. Ia mempelajari karangan Wittgenstein yang berjudul Philosphical Investigation dan kemudian merangkumnya menjadi suatu buku. Karangan Wittgenstein yang betul-betul orisinil dan dibukukan adalah hanya Tractatus. Sedangkan karangan-karangan lainnya hanya berupa rangkuman tulisan Wittgenstein yang belum terbukukan. Pada masa ini, Feyerabend juga berkenalan dengan Joseph Agassi, salah satu murid Popper.
Tahun 1953 Paul Feyerabend kembali ke Wina. Ia tidak mengambil tawaran untuk menjadi asisten Popper, lalu Agassi mengambil pos itu. Di Wina, Feyerabend menerjemahkan karangan Popper yang berjudul Masyarakat Terbuka Dan Musuh-Musuhnya (The Open Society And Its Enemies) ke dalam bahasa Jerman. Di Wina, Feyerabend menjadi asisten Arthur Pap. Pap-lah orang yang mengenalkan Feyerabend kepada Herbert Feigl. Tahun 1954, artikel tentang pertama tentang mekanik-mekanik quantum dan Wittgenstein terbit.
Tahun 1955, ia mengajar di Universitas Bristol, Inggris, sebagai dosen filsafat. Rangkumannya tentang Wittgenstein terbit sebagai tinjauan ulang atas karangan tersebut. Tahun 1956, ia menikah dengan istri yang kedua, Mary O’Neill. Menerbitkan artikel yang berjudul paradox of analysis, ‘paradoks analisis’. Dalam teori quantum secara subtansial ia dipengaruhi oleh David Bohm, sehingga di tahun ini pula, ia berusaha memahami fisika kuantum-nya David.
Tahun 1960, Feyerabend mengeluarkan suatu tesis, bahwa dalam suatu entitas teoritis tidak ada problem yang khusus. Dan semua entitas adalah adalah hipotetis. Tahun 1962, ia mengenalkan konsep incommensurability. Konsep ini sebenarnya didasarkan kepada ‘teori makna’ yang dimunculkan oleh Wittgenstein. Incommensurability itu dimaksudkan bahwa antara bahasa yang satu dengan yang lain tidak bisa diperbandingkan. Bahasa tidak ubahnya seperti sebuah permainan. Sebuah permainan mempunyai aturannya sendiri. Aturan dalam permainan catur tidak bisa diterapkan ke dalam permainan sepak bola. Bahasa yang satu tidak bisa diperbandingkan dengan bahasa yang lain. Oleh karena itu kita tidak tidak dapat membandingkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, Jawa dengan Sunda, Jawa dengan Madura. Masing-masing mempunyai logikanya sendiri. Makna bahasa tergantung akan penggunaannya.
Ketika Feyerabend mengenalkan konsep incommensurability ini maka timbul pertanyaan dari suatu pengandaian. Kalau suatu teori tidak bisa diperbandingkan, konsekuensinya suatu budaya atau bahasa punya logikanya sendiri-sendiri, sehingga masing-masing mempunyai ukurannya sendiri-sendiri, maka bagaimana cara menjaga keharmonisan? Di sinilah Feyerabend mengeluarkan teori baru mengenai ‘toleransi’. Untuk menjaga keharmonisan kita harus toleran dengan konstruksi orang lain.
Di sela-sela kesibukannya, dia mengeluarkan teori pluralisme teoritis. Pandangan ini dimaksudkan sebagai teori yang bertujuan memperluas kesempatan untuk mengadakan falsifikasi sebanyak mungkin terhadap teori yang ada. Menurut Feyerabend, tugas ilmuwan adalah membangun sebanyak mungkin teori dan terus menjaga dan mempertahankannya. Tahun 1969, Feyerabend mengeluarkan artikel yang berjudul Science without Experience. Di sini, ia mengkritik sains yang terlalu mengabaikan realitas keragaman pengalaman lapangan dan menegaskan bahwa pengalaman itu mutlak diperlukan. Tahun 1970, tulisannya Against Method masih dalam bentuk esai. Dalam esai ini Feyerabend mengakui bahwa dirinya dipengaruhi oleh gagasan liberal John Stuart Mill’s, yang berjudul On Liberty to Scientific Methodology.
Pada tahun 1975, Feyerabend menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Against Method, yang ide utamanya adalah tidak ada satu pun dari metode-metode itu yang pantas disebut dengan metode ilmiah. Selanjutnya Feyerabend lebih banyak menjawab kritikan dan klarifikasi tentang Against Method itu sendiri. Periode ini depresi mulai menekan dirinya.
Tahun 1989, Feyerabend menikah lagi dengan Grazia. Petualangan cintanya seakan tak pernah berhenti. Tahun 1993, ia mulai terserang tumor otak dan tinggal di rumah sakit. Edisi ketiga dari bukunya, Against Method, diterbitkan. Tahun 1994 ‘sang penentang metode’ ini meninggal di rumahnya, di Zurich, tanggal 11 Februari. Inilah akhir dari seluruh karirnya. Gelar yang terakhir disandangnya, al-marhum.
Pemikiran-pemikiran Feyerabend
Pemikiran Feyerabend lebih menitikberatkan kepada wilayah sejarah ilmu dan epistemologis. Karena wacana yang berkembang waktu itu adalah positivisme logis (neo-positivisme), maka ia lebih banyak bicara dalam dua ranah tersebut. Positivisme logis itu sendiri dipengaruhi oleh Auguste Comte. Pandangan ini mengimani ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti/matematis. Pandangan ini juga melatarbelakangi timbulnya istilah pengetahuan yang ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan dianggap ilmiah kalau disusun berdasarkan logika formal. Artinya, lebih mengarah kepada forma, ‘bentuk’ proposisi dan argument-argumen logis. Yang dipentingkan adalah context of justification, konteks pengujian dan pembenaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Paham ini kurang mementingkan konteks penemuan, context of discovery atau pun perkembangan ilmu pengetahuan. Pengujian ilmu pengetahuan tidak terkait dengan penemuan pengetahuan itu sendiri. Para ilmuwan tidak berhubungan dengan latar belakang historisnya. Kata kunci paham ini adalah verifikasi, demarkasi atau garis batas antara bermakna dan tidak bermakna. Logikanya adalah induktif.
Kritikan Feyerabend terhadap aliran ini dalam persoalan sejarah ilmu adalah bahwa antara sejarah ilmu dan filsafat ilmu mempunyai hubungan yang saling mengait satu dengan yang lainnya. Para ilmuwan tidak bisa lepas dari latar belakang historis. Kritikannya yang paling penting dalam ranah epistemologis adalah anarkisme epistemologis. Anarkisme epistemologis tercantum dalam karangannya Against Method (Anti Metode). Ilmu pengetahuan pada waktu itu mengandaikan adanya satu metode yang universal, yakni matematis. Semuanya bisa diukur dengan ukuran matematis dan logis. Masalah yang tidak bisa dipecahkan secara matematis tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Paham neo-positivis mengandaikan adanya satu metode baku yang universal, bisa memecahkan segala persoalan dan tahan uji. Para peneliti hanya dibatasi dengan satu teori. Menurut Feyerabend tidak demikian. Para peneliti bisa melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa metode yang dibutuhkan dan dipandang sesuai untuk memecahkan persoalan. Penggunaan metode bisa berupa inter-disipliner maupun multi-disipliner. Bebas mau melakukan apapun yang disukai. Anything goesanything goes ini. adalah semboyannya. Satu-satunya prinsip yang tidak menghalangi perkembangan ilmu pengetauan adalah prinsip
Feyerabend juga termasuk orang yang anti terhadap saintisme, paham yang terlalu mengagung-agungkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sering mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas kebenaran mutlak. Menurut Feyerabend kita tidak bisa mengabaikan faktor lain di luar ilmu pengetahuan. Kebenaran bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli bisa berdampak kepada ideologi tertutup, yakni tidak menerima kebenaran di luar diri ilmu pengetahuan itu. Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa difalsifikasi.” Karena itu, ilmu pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”. Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu usaha untuk memahami semua realitas, di mana manusia dan alam berada di dalamnya.
Namun gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Feyerabend ini kurang mendapatkan perhatian dari para ilmuwan di zamannya. Mereka terlalu dihegemoni oleh pengaruh neo-positivisme dan rasionalisme kritis Popper. Namun, pemikiran Feyerabend justru mendapat tempat di dalam pasca neo-positivisme. Atau dengan kata lain disebut dengan posmodernisme. Desantara / Mh. Nurul Huda
Tweet
« Perempuan Multikultural
Tulisan sesudahnya:
Dedi: Apa Sih Maunya Negara? »
Pencarian
Kategori Istilah
Random Post
- Chicklit: Dari Perempuan untuk Perempuan(0)
- La Unge Setti: Biarkan Kami Menganut Keyakinan Ini…(0)
- Respek dan Dialog, Misi Baru Gereja yang Semakin Terbuka(0)
- Majalah Desantara Edisi 13/Tahun V/2005(0)
- Pakarena, Estetika Pariwisata dan Konstruksi Agama(0)
- Jejak Identitas Perempuan Tionghoa dalam Karya Sastra (2)(0)
- Ahmadiyah di Mata Nara(0)
- Lagu Banyuwangen: Antara Komodifikasi dan Pergulatan Identitas(0)
- RUU KUB Memperkuat Intervensi Negara dan Disintegratif(0)
- Gandrung Temu, Merawat Harapan(0)
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas(0)
- Karya Sastra Santri “Terpinggirkan”(0)
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara(0)
- Srinthil 04 : Ketika Aurat Dikuasai Surat(0)
- Video Upacara Seren Taun di Cugugur, Kuningan bagian 3(0)