Ini Seharusnya Dijaga
admin | 11 - Jun - 2008D. Setiono Musashi. Oleh Desantara / Abu Bakar / Nur Aflahatun
“Ini kan kekayaan yang seharusnya dijaga oleh Pemda Indramayu. Komunitas ini sama dengan komunitas di Cigugur (Kuningan, red.), Tangenan Karang Asem, (Bali, red.),” kata sarjana antropologi jebolan Udayana ini. Pria kelahiran Indramayu, 31 juli 1973 itu melanjutkan, “Sudah seharusnya mereka dijaga, meski kemunculunnya baru.”
Dedi Setiono Musashi, bertemu kali pertama dengan Tahmad Diningrat, pemimpin Dayak Segandu Losarang, sembilan tahun lalu. “Saat itu, komunitas Dayak Losarang masih sedikit. Berbeda dengan sekarang, untuk mendapatkan bantuan dari komunitas lain jauh lebih mudah. Aliran Dayak Segandu Losarang kini bahkan sudah punya Padepokan sendiri,” tegasnya.
Bapak dari putra bernama Abiseka Putra Ahimsa ini menambahkan, “Saat ini, pengikut ajaran Dayak Segandu yang sudah lepas baju sekitar 150-200 orang. Komunitas ini memiliki beberapa tingkatan. Ada yang biasa, dan ada yang sudah buka baju. Masing-masing ada ritualnya. Pengikut Dayak Segandu sekarang tidak hanya ada di Indramayu, namun juga ada di Jakarta, bahkan memiliki base camp di daerah Prumpung”.
Mengenai fatwa sesat MUI dan ancaman untuk menindak tegas dengan memberi limit waktu enam bulan terhitung sejak bulan Oktober 2007, Setiono sungguh terkejut. Sebab, Dayak Segandu selain tidak pernah berbuat kejahatan terhadap orang lain, mereka memberi penghormatan pada sosok wanita.
“Ngaji roso, menghormati kepada sosok wanita, tidak berbuat dosa, masak difatwa sesat,” herannnya dengan nada protes. Desantara Report
Tweet
« FPI Bandung Berjanji Tidak Akan Melakukan Kekerasan
Tulisan sesudahnya:
Pernyataan Sikap DESANTARA Foundation Terkait Keluarnya SKB 3 Menteri Tentang Ahmadiyah »
Pencarian
Kategori Esai ID
- Matinya Erau dari Tradisi ke Politisasi Etnik
- Menimbang-nimbang Kemaslahatan Undang-Undang Desa 2013
- Islam Kutai dan Persinggungan Politik
- “Menciptakan Seni Alternatif bagi Masyarakat”
- Paraben andi’ ana’, Belenjer andi’ Lake (Perawan Punya Anak, Janda Punya Suami): Kritik Sosial Perempuan Seni Madura terhadap Santri Coret
- Tanah dan Pergeseran Kosmologi Dayak Kenyah
- Prahara Budaya: Refleksi Peradaban Manusia Dayak
- Memahami Klaim Kebenaran Agama: Suatu Refleksi Filosofis
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas
- Bisnis Perizinan Kuasa Pertambangan dan Geliat Pilkada Kota Samarinda
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu
- Adat, Hukum dan Dinamika Subjek Dalam Debat Kumpul Kebo di Mentawai
- Wajah Lain Dari Tegalrejo
Random Post
- Peran Sosial dan Stereotip Sosial(0)
- Kami Ingin Hidup Berdampingan: Kabar dari Ahmadiyah Makassar(1)
- Tradisi To Mimala Akan Hilang Dengan Sendirinya(0)
- Komunitas Nyerakat : Geliat di Tengah Gempuran Arus Modernitas(0)
- Srinthil 11: Perempuan dalam Layar Kaca(0)
- Raharjo Untung: Jika Terus Konflik, DKJ akan rapuh(0)
- LP USU – Desantara Foundation gelar diskusi buku(0)
- Mujono: Sang Pengawal Budaya Tengger(0)
- Seniman Pakarena, Berkelit dari Bayang Dominasi(0)
- Buruh Sortir Kopi Gayo I(0)
- Srinthil 03 : Gandrung, Demi Hidup Menyusuri Malam(0)
- Yang Beda Yang Dibungkam(0)
- Upacara Serentaon(0)
- Syariat Islam Tidak Identik dengan Cambuk(0)
- Dilema Multikulturalisme di Makassar(0)