Fanonisme
admin | 25 - Jun - 2008Fanonisme (perhatikan juga Fanonisme kritis) Suatu istilah yang digunakan di dalam tinjauan kaum liberal anti penjajahan atau anti kolonial yang diformulasikan oleh seorang psikiater Martiniquan yang bernama Frantz Fanon (1925-1961). Hasil karyanya di Aljazair telah menuntun dirinya untuk terlibat secara aktif di dalam pergerakan kemerdekaan rakyat Aljazair (Algerian liberation movement) dan juga menerbitkan sejumlah karya fundamental lainnya mengenai rasisme dan kolonialisme. Termasuk di antaranya adalah Black Skin, White Masks (1952, yang diterjemahkan pada tahun 1968), suatu kajian mengenai psikologi rasisme dan dominasi kolonial. Sesaat sebelum kematiannya ia menerbitkan The Wretched of the Earth (1961), suatu kajian yang lebih luas lagi mengenai bagaimana sentiment anti-kolonial mengemban tugas dari dekolonialisasi.
Melalui tulisan-tulisan tersebut, Fanon mengajukan beberapa intisari berdasarkan hasil yang telah ia dapatkan melalui studi klinis tentang akibat-akibat dari dominasi kolonial terhadap kondisi kejiwaan orang-orang yang terjajah, dan pengaruh ajaran Marx-nya, berdasarkan suatu analisis kontrol sosial dan ekonomi. Adanya hubungan ini membuatnya mengembangkan idenya mengenai kelas comprador, atau elit, yang saling menukar peran dengan kelas kulit putih yang mendominasi tanpa terlibat dengan strukturisasi ulang masyarakat yang radikal. Masyarakat kulit hitam dari comprador-comprador ini 'ditandai' dengan adanya kompleksitas dan nilai-nilai kekuasaan kolonial masyarakat kulit putih. Fanon berargumentasi apabila intelektualitas penduduk asli harus dapat secara radikal menstrukturisasi kembali masyarakat dan nilai-nilai kemasyarakatannyadengan fundasi yang kokoh.
Bagaimana pun juga, Fanon, sama halnya dengan para tokoh Liberalis Nasional lainnya (National Liberationalist) seperti C.L.R. James dari Trinidad dan Amilcar Cabral dari Cape Verde, tidak menganjurkan pandangan pra-kolonial yang naïf. Edward Siad dalam karyanya Culture and Imperialismcritic nasionalism), sebagai suatu bentuk kesadaran bahwa kelompok masyarakat pra-kolonial bukanlah kelompok masyarakat yang sederhana apalagi homogen melainkan kelompok masyarakat yang terdiri dari kelas-kelas sosial yang merugikan dan formasi-formasi atas jenis kelamin yang sangat membutuhkan reformasi dengan kekuatan yang radikal. Said pernah menekankan bahwa 'tanda (Fanon), di masa yang akan datang tidak akan dapat mempertahankan kebebasan tetapi yang terjadi justru adanya perpanjangan masa imperialisme' (1993: 323). Bagi Fanon, tugas seorang pejuang kebebasan nasional (national liberator), berdasarkan latar belakang dirinya sebagai seorang elit yang berpendidikan kolonial, adalah untuk 'bergabung dengan orang-orang masih berada di dalam pergerakan yang belum terorganisir dimana pergerakan mereka masih berupa usaha untuk membentuk…yang tentunya akan menjadi sinyal untuk mempertanyakan tentang segala sesuatunya' (1952: 168) (lihat cultural diversity/cultural difference). mendefinisikan nasionalisme Fanon sebagai 'nasionalisme kritis' (
Walaupun beberapa kali Fanon digunakan dengan mengatasnamakan panji nativisme naïf, ia justru menggunakan sudut pandang yang lebih kompleks dalam memandang tradisi dan masa pra-kolonial dan perannya di dalam konstruksi masa modern poskolonial. Fanon, tentunya telah menyadari keadaan ini dan memberikan dukungan yang kuat, yang pada kenyataannya bagi para pemimpin nasional yang baru 'tingginya semangat untuk mencari kebudayaan nasional yang telah eksis sebelum era kolonial menemukan alasan sahnya dalam situasi kegelisahan yang juga dirasakan oleh banyak para intelektual lokal yang sebisa mungkin menghindari budaya Barat di mana keberadaan mereka tersingkirkan' dan 'membuat hubungan yang baru untuk kesekian kalinya dengan para leluhur dan yang terpenting menumbuhkan semangat pra-kolonial masyarakatnya' (1961: 153-4). Tetapi Fanon juga menyadari akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh masa lalu-masa lalu yang dapat dengan mudah dimitologikan dan dimanfaatkan untuk membuat kekuatan grup-grup elit yang baru, dengan 'menyamar' sebagai pejuang-pejuang kebebasan (liberators).
Kebudayaan nasional bukanlah dongeng rakyat, juga bukan suatu bentuk populisme abstrak (populisme, yaitu suatu paham berpolitik yang menyatakan bahwa ia merepresentasikan kepentingan-kepentingan masyarakat biasa/umum) yang mempercayai bahwa paham tersebut dapat menemukan keaslian budaya masyarakatnya. Kebudayaan nasional tidak berasal dari tindakan-tindakan malas yang tidak berguna dan tidak bertujuan atau tidak beralasan, dengan kata lain tindakan-tindakan yang tidak menyentuh realitas kehidupan masyarakat pada masa sekarang. Suatu budaya nasional adalah usaha secara keseluruhan yang dilakukan oleh orang-orang dalam lingkaran pemikiran yang berusaha menggambarkan, membenarkan, dan memuji tindakan yang telah diciptakan oleh masyarakat itu sendiri dan menjaga/melestarikannya dalam eksistensi. (1961: 154-5).
Sepanjang analisis historisnya, Fanon selalu memperhatikan pentingnya kesadaran subjektif dan perannya dalam menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk kendali hegemonic terhadap subjek yang terkolonialisasikan, dan terhadap masyarakat neo-kolonial yang mengikuti kebebasan berpolitik. Berbagai studi seperti 'The Fact of Blackness' (1952) ia menekankan betapa pentingnya tanda-tanda perbedaan perlakuan secara rasis yang tampak dalam mengkonstruksi suatu wacana prasangka, dan besarnya pengaruh serta menentukannya dampak-dampak psikologis terhadap konstruksi-diri masyarakat kulit hitam. Kontribusi yang banyak diberikan dari pekerjaan Fanon adalah ia telah mendefinisikan usaha-usah radikal yang dilakukan dalam mengoposisikannya dengan wacana pergerakan kesadaran masyarakat kulit hitam yang muncul di Amerika dan Inggris (Britain) tahun 1960-an dan inspirasinya banyak diambil dari hasil kerja Fanon. Walaupun para teoretis saat ini seperti Amilcar Cabral telah merepresentasikan suatu program politis yang lebih baik untuk mengimplementasikan transformasi radikal berkenaan dengan kecerdasan/intelektualitas masyarakat lokal yang ia sebut dalam frase yang cukup mengesankan sebagai 'barisan paksa sebenarnya, sepanjang jalan menuju kemajuan kebudayaan' (Cabbral 1969), adalah usaha Fanon mengaitkan hubungan yang sifatnya khusus dan pribadi dengan yang umum dan sosial tersebutlah yang membuat kontribusinya secara tersendiri dan mendalam sangat diakui. Bacaan lebih lanjut: Fanon 1952, 1959, 1961.
Tweet
« Sanro: Dialah Penghubung Spritual Itu
Tulisan sesudahnya:
Fanonisme Kritis »
Pencarian
Kategori Istilah
Random Post
- Gandrung Temu, Merawat Harapan(0)
- Dialog Perempuan Adat, Agama, dan Kepercayaan Menghapus Diskriminasi(0)
- Fanonisme Kritis(0)
- Gandrung, Kesepian di Tengah Keramaian(0)
- Pernyataan Sikap: Negara Sebaiknya Bersikap Adil dan Netral(0)
- Celana Pendek Dilarang Masuk(0)
- Makassar, Dari Sisi yang Berbeda(2)
- Memperkuat Lembaga Adat Dayak(0)
- Video Komunitas dan Pelatihan Menulis Multikultural(0)
- Srinthil 06 : Politik Tubuh(0)
- RUU KUB memasung dan tidak merukunkan?(0)
- A Brief History of Desantara Foundation(0)
- Cerita dari Serkan(0)
- Menkeu Bicara Kriteria Sistemik(0)
- Jalanan, Perlawanan dan Pengakuan(0)