Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural
admin | 20 - Jun - 200714 Peneliti, Dosen dan Aktivis Perempuan Mengikuti Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural.
Sebanyak 14 Peneliti, Dosen dan Aktivis Perempuan dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti acara Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural Berbasis Etnografi yang diselenggarakan Kajian Perempuan Desantara. Keempat belas perserta yang 80 % perempuan ini adalah hasil penjaringan dan seleksi dari sekitar 64 pelamar pelatihan yang diadakan di Banyuwangi, Jawa Timur. Dari 18 peserta yang lolos, dua menyatakan mundur oleh sebab alasan kesehatan dan ijin dari instansi tempat bersangkutan bekerja.
“Secara keseluruhan, pembukaan acara ini tergolong sangat sukses,” begitu ungkap salah satu panitia. Acara pelatihan yang secara resmi di buka pada Kamis, 2 Agustus 2007 terbilang meriah. Berbagai pentas seni tradisi Banyuwangi disuguhkan untuk membuka acara yang juga dihadiri oleh kalangan elit budaya Banyuwangi. Tidak hanya itu, peserta juga hadirin pada acara pembukaan pelatihan itu juga disuguhi makanan dan minuman khas Banyuwangi. “Saya senang dan tidak menyangka kalau Banyuwangi sekaya ini,” ungkap salah peserta dari Jakarta menanggapi pembacaan ritual Mocoan Lontar dan musik lesung yang mengiringi acara tersebut. “Makanannya juga enak, khas sekali tidak ada di daerah lain,” imbuhnya.
Tidak bisa dipungkiri acara yang dihadiri peserta dari Makasar, Padang, Palembang, Jogjakarta, Ponorogo, Malang, Samarinda dan Jakarta ini banyak memberikan kesan yang beragam bagi peserta. Maklumlah Banyuwangi, seperti dalam rekayasa media dan politikus Jakarta, adalah sebuah daerah yang seram “penuh ilmu hitam” dan ninja. “Sebelum berangkat kawan kami berpesan, hati-hati kalau ditatap mata orang Banyuwangi,” terang Alfin peserta dari Ponorogo terkait stereotip mapan Banyuwangi selama ini. “Semua orang disini nampaknya seniman-seniwati yang kreatif, semua bisa menjadi alat musik,” terang Hasan, budayawan muda Banyuwangi, bangga tentang kiling dan lesung.
Dalam acara pembukaan itu, pihak KP Desantara selaku penyelenggara acara pelatihan memohon semua hadirin, utamanya para tokoh lokal, Budayawan, Seniwati dan masyarakat Banyuwangi sudi membantu lancarnya acara yang akan berlangsung selama bulan Agustus 2007. Lebih jauh, pihak KP Desantara mengungkapkan tanpa bantuan mereka, acara yang diawali oleh sesi materi kelas, turun lapangan dan penulisan, ini tidak akan berjalan sempurna. “Kesedian Bapak – Ibu untuk kami repoti wawancara adalah salah satu kunci sukses acara pelatihan ini, ” imbuh Hasan Basri yang juga panitia acara ini. Selamat bergelut dalam realitas lapangan dan buku dalam pelatihan.
Tweet
« Ada Apa Dengan RUU Kerukunan Umat Beragama?
Tulisan sesudahnya:
Selamat datang di Banyuwangi »
Pencarian
Kategori Catatan Lapangan ID
- Pelatihan Penelitian Sosio-legal di STH Galunggung, Tasikmalaya
- Merdeka Membuat Media
- Sebuah Pesantren tanpa Gus
- Dari Angkruk Kinanti hingga Sakit Gigi
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Warisan dan Jalan Bahagia Tuan Baak
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Banyuwangi: Sebuah Catatan
- Buruh Sortir Kopi Gayo I
- Cerita dari Papua
- Dari Jalanan Menuju Gedung Dewan
- Medan: Enam Hari Menulis Keanekaragaman
- Cerita dari Serkan
Random Post
- Pelajaran Kesenian di Mata Pendidik(0)
- Srinthil Edisi 19: Gerak sosial perempuan miskin kota(0)
- Jejak Kearifan Lokal di Komunitas Pappuangan(0)
- Dedi: Apa Sih Maunya Negara?(0)
- Diaspora(0)
- Deport 10 ed. Indonesia : Teror Massa(0)
- Hakim, Pengadilan, dan KDRT(0)
- Warisan dan Jalan Bahagia Tuan Baak(0)
- Potret Angkuh Diskriminasi di Kuningan(0)
- Simbol Sebagai Perebutan Ruang(0)
- Hubungan Bapak dengan Kami(0)
- RUU Kependudukan dan Pembangunan Keluarga(0)
- Towani-Tolotan, Nasibmu Kini(1)
- Tradisi Nyangku Di Panjalu: Mengenang Perjuangan Sang Prabu(0)
- Lexus dan Pohon Zaitun(0)