Selamat datang di Banyuwangi
admin | 20 - Jun - 2007Seri PJPMBE 2007. Aroh tiada pernah menyangka kalau ternyata perjalanan dari Surabaya ke Banyuwangi delapan kali lamanya perjalanan Samarinda-Surabaya. Maklumlah Aroh, panggilan akrab dari Marfuatin Muthoharoh, baru pertama kalinya melakukan perjalanan ke Banyuwangi. “Saya pikir Banyuwangi itu bisa ditempuh dalam beberapa jam saja dari Surabaya,” ungkap peserta Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural Berbasis Etnografi dari Naladwipa Institute Samarinda ini dengan lugu.
Sebagai peserta yang hadir pertama kali 2 hari sebelum acara, Aroh memiliki kesempatan yang lumayan untuk berkeliling Desa Kemiren tempat berlangsugnya acara yang difasilitasi oleh Kajian Perempuan Desantara, Desantara Institute for Cultural Studies.. Kehijauan alam dan gemericik air disana-sini menghapus begitu saja sisa penat perjalanan jauhnya.
“Saya tidak membayangkan kalau ternyata Banyuwangi itu tidak seseram yang saya dengar. Santet dan ninja sering terbayang ketika mendengar kata Banyuwangi,” imbuh mahasiswi STAIN Samarinda. Hal senada yang diungkap Aroh mungkin akan segera terungkap seiring mendekatnya dan datangnya para peserta lain dalam pelatihan.
Pemilihan Banyuwangi tepatnya, Desa Wisata Using Kemiren Kecamatan Glagah, sebagai daerah penyelenggaraan Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural Berbasis Etnografi bukan tanpa sengaja. Pemilihan daerah ini terkait dengan kondisi sosial politis, gerak sosial Banyuwangi dan seni tradisi yang dinamis. Banyuwangi adalah sebuah Jawa “yang lain”, diluar Jawa mainstream umumnya, yang sarat dengan pergolakan identitas. Selain itu, perempuan dalam formasi sosial Banyuwangi menempati posisi sentral, meski tidak dalam dominan. Namun semangat siasat, negosiasi dan resistensi perempuan Banyuwangi begitu kental terpancar dalam seni tradisinya, utamanya dalam gandrung, sebuah pentas tari berpasangan. Kalau begitu, selamat datang di Banyuwangi, semoga berhasil dalam “membaca” gerak sosial Banyuwangi dalam pelatihan ini. Desantara
Tweet
« Pelatihan Jurnalistik Perempuan Multikultural
Tulisan sesudahnya:
Diskusi Perempuan dan Komodifikasi Seksualitas »
Pencarian
Kategori Catatan Lapangan ID
- Pelatihan Penelitian Sosio-legal di STH Galunggung, Tasikmalaya
- Merdeka Membuat Media
- Sebuah Pesantren tanpa Gus
- Dari Angkruk Kinanti hingga Sakit Gigi
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Warisan dan Jalan Bahagia Tuan Baak
- Cerita Dari Samarinda: Pelatihan Menulis dan Penelitian Dasar Kualitatif
- Pali-pali
- Banyuwangi: Sebuah Catatan
- Buruh Sortir Kopi Gayo I
- Cerita dari Papua
- Dari Jalanan Menuju Gedung Dewan
- Medan: Enam Hari Menulis Keanekaragaman
- Cerita dari Serkan
Random Post
- Dari Angkruk Kinanti hingga Sakit Gigi(0)
- Demo menolak RUU Antipornografi dan Pornoaksi bag. 4(0)
- Benturan(0)
- Arus Konservatisme dalam RUU Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang Perkawinan(1)
- Syarifuddin Dg Tutu: Siapa Bilang Sinrilik Tidak Islami?(5)
- Paradigma Budaya dan Politik Anggaran Kita(0)
- Kawin Beda Agama Membentur Tembok Negara(0)
- Kisah Orang Tompu, Sebuah Potret Buruk Pembangunan di Sulawesi Tengah(0)
- Pilkada Jabar, Jangan Lupakan Setumpuk Problem Kerakyatan(0)
- Richard Hoggart(0)
- Komunitas Lokal, Krisis Ekologis dan Budaya : Sebuah Diskusi Awal(3)
- Memperkuat Lembaga Adat Dayak(0)
- Dayak dalam Imajinasi Politik Elit(0)
- Beragama dalam Kekuasaan: Sebuah Kelahiran Diskriminasi(0)
- Pemisah Metonimik(0)