Majalah Desantara Edisi 15/Tahun VII/ 2007 : Subversi Erotis Lengger Banyumas
admin | 31 - May - 2011Tema kesenian rakyat memang merupak sesuatu yang sudah sangat sering dikaji. Di sejumlah majalah dan jurnal-juga buku-persoalan ini seolah sudah dikupas tuntas hingga ke akar-akarnya. Namun bukan soal latah jika pada edisi kali ini Desantara juga mengangkat tema yang sama : Sebuah kesenian rakyat bernama lengger.
Kendati telah banyak diulas –tanpa hendak mengatakan bahwa ini kajian baru-sajian edisi ini menawarkan paparan yang mengungkapkan gambaran besar tentang kebijakan-kebijakan kebudayaan serta berbagai problem yang ada di sekitarnya. Lengger, sebagaimana kesenian sejenis di tempat lain seperti tayub, tledek, cokek, dan lain-lain, tidak bisa menghindar dari gempuran pencitraan. Selain dengan gegabah kerap dilekatkan dengan ideology haram-komunisme-kesenian semacam ini dianggap sebagai tontonan yang tidak patut dan tidak bermoral.
Dengan alasan itu maka kesenian milik masyarakat petani itu harus disesuaikan, dipoles, dipermak dan dibingkai menurut selera Negara (dan atau agama). Liputan Utama edisi ini akan mengulas secara panjang lebar mengenai persoalan ini. Untuk mempertajam pemaparan, kami sajikan juga wawancara khusus dengan budayawan local Banyumas.
Tweet
« Majalah Desantara Edisi 14/Tahun V/2005 : Beragam Agama, Satu Budaya
Tulisan sesudahnya:
Majalah Desantara Edisi 16/Tahun VIII/2008: Santri dan Seniman Tradisi: Kontestasi dan Negosiasi Budaya »
Pencarian
Kategori Majalah
- Majalah Desantara Edisi 16/Tahun VIII/2008: Santri dan Seniman Tradisi: Kontestasi dan Negosiasi Budaya
- Majalah Desantara Edisi 15/Tahun VII/ 2007 : Subversi Erotis Lengger Banyumas
- Majalah Desantara Edisi 14/Tahun V/2005 : Beragam Agama, Satu Budaya
- Majalah Desantara Edisi 13/Tahun V/2005
- Majalah Desantara Edisi 12/Tahun IV/2004: Kaum Betawi Negosiasi Menerobos Batas
- Majalah Desantara Edisi 09/Tahun III/2003: Mbah Mutamakkin vs Cebolek; Suara Lain dari Kajen
- Majalah Desantara Edisi 08/Tahun III/2003: Seks dan Masyarakat “Multitafsir”.
- Majalah Desantara Edisi 07/Tahun III/2003 : Dulu Kami Kafir, Sekarang Beragama
- Majalah Desantara Edisi 06/Tahun II/2002: Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi “Samin”
- Majalah Desantara Edisi 05/Tahun II/2002 : Ketika Reyog di Pangkuan Generasi Pewaris
- Majalah Desantara Edisi 04/Tahun II/2002: Nasib Kultur Pesisir di Cirebon
- Majalah Desantara Edisi 03/Tahun II/2002: Ketika Kabar Langit Tiba di Sini
- Majalah Desantara Edisi 02/Tahun I/2001: Anis Djatisunda: Pemaksaan Arabisme pada Budaya Sunda Membuat Mereka Gelisah.
Random Post
- Memperkuat Lembaga Adat Dayak(0)
- Marjinalisasi dan Misrepresentasi Pribumi Papua (2)(0)
- Potensi Gunung Kendeng Utara(0)
- Ahmad Suaedy dan Ekspresi Islam Indonesia(0)
- Seblang: Wajah Getir Kebudayaan Using(0)
- Pali-pali(0)
- MENEKUK AGAMA, MEMBANGUN TAHTA, Kebijakan Agama Orde Baru(2)
- Kesenian Tayub dan Citra Miring itu(0)
- Syahrun Latjupa, Peneliti Sosial: Alam dan Manusia Itu Satu-Kesatuan Hidup(0)
- Bissu bagian 3(0)
- Perempuan Multikultural(0)
- Buruh Sortir Kopi Gayo I(0)
- Hikayat Si Baik melawan Si Jahat(2)
- Sejarah Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Jalan Lung Anai, Kutai Kartanegara(0)
- Tengger: Medan Pertarungan Nan Abadi(0)