Aksi Gebrak Lapindo Dibuka dengan Pembacaan Naskah “PROKLAMATI”
admin | 21 - Apr - 2008Setelah melalui persiapan matang, Aksi Bersama Korban LAPINDO yang rencananya berlangsung selama 4 hari, 20-23 Agustus 2007, siang kemarin, Senin, 20 Agustus sekitar pukul 10.10 WIB dibuka dengan rangkaian acara Opening Art. Pembukaan yang dibungkus dalam upacara bendera yang amat sederhana itu dihadiri oleh ratusan warga korban lapindo yang terdiri dari para ibu, bapak, dan anak-anak yang sebagian terlihat dalam gendongan ibunya atau berada di atas pundak bapaknya. Sejumlah aktifis yang tergabung dalam Gerakan Bersama Rakyat untuk Korban Lapindo (Gebrak Lapindo) juga terlihat dalam barisan upacara yang diselenggarakan di lokasi pengungsian Pasar Baru Porong, Sidoarjo itu.
Dalam upacara yang berlangsung di bawah sengatan panas matahari, selain dikibarkan bendera merah putih setengah tiang juga dikumandangkan naskah proklamasi versi warga pengungsi, “Proklamati”, yang dibacakan oleh Purwanto yang juga sering dipanggil Gus Pur, salah seorang pengungsi. Dengan suara lantang dan penuh semangat, Gus Pur dengan tangan bergetar membacakan naskah “Proklamati” dan ditirukan seluruh peserta. Berikut ini naskahnya:
PROKLAMATI
Kami Bangsa Indonesia Korban Lumpur Lapindo dengan ini menyatakan dalam keadaan belum merdeka. Hal-hal mengenai pembayaran ganti rugi diselenggarakan dengan cara yang tidak seksama dan dalam tempo yang dilambat-lambatkan.
Porong, 20 Agustus 2007
Atas nama sebagian bangsa Indonesia
Gus Pur
Tepuk tangan warga pun langsung meriah dan gegap gempitan usai pembacaan naskah proklamasi yang telah diplesetkan itu. Gus Pur yang siang itu berpakaian ala kadarnya dengan sarung terselempang di pundaknya nampak berjalan dengan senyum puas diiringi tepuk tangan para warga.
Berbagai kegiatan aksi yang rencananya akan berlangsung selama empat hari ini diselenggarakan oleh Gebrak Lapindo. Gebrak Lapindo (Gerakan Bersama Rakyat Untuk Korban Lapindo). Gebrak Lapindo adalah sebuah koalisi antara masyarakat korban Lapindo di Pasar Baru Porong, beberapa pondok pesantren, LSM, tokoh-tokoh lintas agama dan perguruan tinggi yang secara bersama-sama memberi dukungan bagi perjuangan masyarakat korban. Kegiatan ini diharapkan menjadi suntikan semangat bagi korban lumpur panas Lapindo dalam memperjuangkan kembali hak-haknya yang terampas oleh korporasi dan pemerintahan yang tidak melindungi rakyat.
Selain gelar kesenian tradisional rakyat, Gebrak Lapindo juga menyelenggarakan istighotsah, do’a lintas iman, dan bahtsul masta’il yang dihadiri oleh banyak tokoh agama dan pesantren. Akan hadir dalam acara ini adalah Gus Dur (Jakarta), Mbah Liem Imampuro (pengasuh pesantren Al Muttaqien, Klaten), Masdar F. Mas’udi (Ketua PBNU), KH. Washil Sarbini (Jember), KH. Ghozali Said (Surabaya), KH Sahri (Jember), KH Panji Taufik (Guluk Guluk, Sumenep), Gus Ma’sum (Jatirejo-Porong), KH Musta’in Syafi’I (Tebu Ireng, Jombang), KH Marzuki Mustamar (PCNU Kota Malang), Kang Acep Zam Zam Noer (Pesantren Cipayung Tasikmalaya), Habib Lutfi (Pekalongan), Pendeta Simon Filantropa (Mojokerto), Pendeta Yusack Susanto (Sidoarjo), Pendeta Iswari (Sidoarjo), Gatot (Surabaya), Romo Gani (Surabaya), Romo Beni Susetyo (Jakarta), Dukun Mujono (Probolinggo), Gus Muhammad (Mojokerto), Bambang Noorsena (Malang), Pendeta Heri (Gempol), Pendeta Yusak (Porong), Pendeta Yohanes (Malang), Chong Pin (Tuban), Bonshu Anton (Malang), Ustd. Imam Nakhoi (Situbondo), Maftuhin Rasmani (Kediri), Gus Atok (Probolinggo), Gus Aminoto Sa’dullah (Tuban), Ust. A’la (Surabaya), Ust. Munim sholeh (Jombang), Dr. KH Mustai’in Syafi’I, MA (Pengasuh PP Tebuireng Jombang).Gus Wahib Wahab, MA (PP Berat Legi Mojokerto), K. Siswan (Pamotan), Romo Budi (Surabaya), dan tokoh lintas iman lainnya.
Pernyataan tokoh-tokoh lintas iman ini diharapkan akan menjadi sebuah naskah politik yang diharapkan mampu mengingatkan pemilik Lapindo dan pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Doa-doa mereka diharapkan akan menjadi suara yang menambahi lengkingan jerit orang-orang yang teraniaya ini untuk membuka gerbang langit sehingga Tuhan mengutus ribuan malaikatnya untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Desantara / Gebrak Lapindo
Tweet
« Advokasi Berbasis Pemantauan
Tulisan sesudahnya:
Warga Pengungsi Sampaikan Unek-uneknya di Tengah Panggung Ketoprak »
Pencarian
Kategori Berita ID
- Komunitas Lokal, Krisis Ekologis dan Budaya : Sebuah Diskusi Awal
- Bermufakat Melawan Perusak Lingkungan
- LP USU – Desantara Foundation gelar diskusi buku
- Dakwah Membawa Amarah
- Pelatihan Fotografi dalam Perspektif Multikultural
- Kami Ingin Hidup Berdampingan: Kabar dari Ahmadiyah Makassar
- Kronologis Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten
- LOWONGAN PEKERJAAN: Staf Keuangan
- Susahnya Menjaga Kewarasan di Negeri ini
- Anarkisme Pembangunan di Atas Situs Benteng Somba Opu Makassar
- Sedulur Sikep, Sedulur (Saudara) yang sering disalahtafsirkan
- Seni dan Gerakan Sosial
- Problematika dan Siasat Ekonomi Perempuan Porong
- Penulis buku Bencana Industri merasakan adanya intimidasi
- Diskusi Tentang Film Perempuan Multikultural
Random Post
- Kurangi Birokratisasi Agama(0)
- A Brief History of Desantara Foundation(0)
- Majalah Desantara Edisi 12/Tahun IV/2004: Kaum Betawi Negosiasi Menerobos Batas(0)
- Belanda merampas Tanah Makam, Lapindo merampas Tanah dan Tempat Tinggal?(0)
- Mengangkat Kembali Wacana Komunalisme(0)
- Ilusi Demokrasi(0)
- Penyerangan Naqsabandiyah Oleh Sekelompok Orang Bercadar(6)
- Raperda Busana Muslim dan Pandai Baca Al-Quran(1)
- Perempuan Kampung Pamanah di Industri Tenun Sarung Samarinda(0)
- “Titip Sampah” Sebagai Sebuah Wujud Keragaman dalam Penanganan Sampah Masyarakat Kota Medan(0)
- Simbol Sebagai Perebutan Ruang(0)
- Tradisi Nyangku Di Panjalu: Mengenang Perjuangan Sang Prabu(0)
- Kisah Tiga Perempuan Korban Perdagangan di Lubuk Linggau(0)
- Aliran Sesat, Kekerasan, dan Ketidakcakapan Negara?(1)
- Ketika ‘Genk Rese’ Memaknai Syariat Islam(1)