Kethoprak Komunitas Bakaran: “Ondorante”

admin | 7 - Apr - 2008

Komunitas Bakaran dipercaya sebagai keturunan atau pengikut Nyi Ageng Bakaran yang dalam cerita rakyat di Pati disebut selalu mengambil posisi berlawanan dengan para wali. Lakon Ondorante yang mereka tampilkan dalam seni kethopraknya ini mengisahkan bagaimana proses Islamisasi berlangsung dengan keras. Ondorane sebagai representasi kejawen menghadapi semua itu dengan sangat tegar dan bersedia dialog maupun sanksi sekeras apa pun. Dialog antara Ondorante dan kelompok Islam (yang diwakili oleh Tumenggung Pati dan Sunan Bonang) ini membincangkan tentang cara atau sudut pandang masing-masing kubu tersebut mengenai negara, Tuhan dan syariat Islam.

Judul : Kethoprak Komunitas Bakaran: "Ondorante"

Daerah : Pati, Jawa TimurTgl/bln/thn : 08 Maret 2002Durasi :
This Desantara's footage is Available on Call

Perdebatan menjadi semakin menarik ketika Ondorante menumpahkan seluruh uneg-unegnya kepada sang Tumenggung dan Sunan Bonang secara blak-blakan. Hal ini tergambar jelas ketika dalam salah satu dialog Ondorante merasa sangat terganggu dengan suara adzan yang dikumandangkan di masjid maupun di surau. Kata Ondorante: "… setiap hari hamba merasa terganggu. Pada saat semua orang bisa istirahat dengan tenang, hamba nggak bisa istirahat karena ada orang yang berteriak-teriak. Itu semua mau apa? Orang kog kurang kerjaan. Setiap petang menjelang, "… lowo.. bubarrr.., lowo.. bubarrr…" (kelelawar bubar, kelelawar bubar) – maksudnya adalah suara adzan; Allahuakbar, Allahuakbar –. Tidak usah disuruh bubar, lowo (kelelawar) itu kan kalau petang menjelang pasti keluar dengan sendirinya untuk mencari makan. Orang-orang itu mau-nya apa? …" Yang terpenting bagi sosok Ondorante adalah – dan mungkin juga bagi kita – , hidup adalah ketentraman, kedamaian.



Tulisan sebelumnya:
«

Tulisan sesudahnya:
»

Isi Komentar

Pencarian