Sunda Wiwitan: Tidak Mengenal Samawi dan Ardhi

admin | 5 - Mar - 2008

“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “

Arti leterleknya: “Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakan”.

Ungkapan di atas adalah Syahadatnya agama Sunda Wiwitan yang dianut oleh orang baduy. Selama ini mereka di stereotipkan sebagai pemuaja alam, apalagi dalam versi pemerintah dikategorikan penganut aliran kepercayaan. Bahkan ada anggapan bahwa mereka itu sebagai pembangkang dan menolak ajaran agama Islam, sebagaimana tak jauh bedanya dengan baduy yang ada di Mekah. Akan tetapi stereotipe ini menjadi tanda tanya, kenapa secara adat dan religi Sunda Wiwitan memiliki keyakinan tentang Tuhan itu Hyang tunggal dan tidak beranak serta tidak diperanakan.

Syahadat di atas, tidak ada hubungannya antara Sunda Wiwitan dengan Islam. Atau ada asumsi, jangan-jangan meniru ajaran Islam?, persoalannya ada ke-sama-an dengan konsep Tauhidnya agama Islam seperti dalam surat al-Ikhlas, yaitu: “Qul huwa al-Allah ahad ……. Lam yalid walam yuu lad …. “. Kita tidak bisa menghakimi siapa meniru siapa atau siapa duluan siapa, dan kita tidak terjebak dengan kategrori agama Samawi dan Ardi. Karena agama Sunda Wiwitan lebih menekankan hal apa yang harus mereka kerjakan, bukan apa yang harus mereka percayai.

Beranjak dari asumsi di atas, kiranya secara sederhana pelu melihat ulang kata wiwitan dalam literatur Sunda kuno, yang artinya per-mula-an, maka sunda wiwitan merupakan perubahan nama dari agama yang dianut oleh Wangsa Pajajaran. Orang Sunda tidak menganut agama Hindu dan Budha, sebagai saksi dan bukti, mengapa di Jawa Barat tidak ada Candi ? Sebab sebelum masuknya Hindu dan Budha sudah lebih awal agama Sunda Purana. Agama Sunda Purana mengacu pada siklus perladangan (red- huma), karena sistem perladangan itu bagi mereka sebagai Wedanya orang Sunda atau al-Qur’annya agama Sunda.

Selain bersyahadat, ternyata masyarakat Baduy punya tanah Suci dengan sebutan “Tapa di mandala”. Bagi mereka nagara Kanekes adalah tanah suci agama Sunda Wiwitan, artinya disitu tempat bersucinya orang-orang Kanekes. Karena orang Baduy dalam kehidupan kesehariannya tidak lepas berpijak pada agama; mandi sebagai syariat agama, makan sebagai syariat agama, tidur sebagai syariat agama. Artinya, makan hanya sekadar tidak terlalu lapar, minum hanya sekedar tidak terlalu haus, tidur hanya sekedar tidak terlalu ngantuk. Jadi pola hidupnya itu tidak boleh berlebihan, makanya dalam tradisi orang baduy itu tidak menmpuk harta, contoh sederhana, mereka tidur tidak pakai bantal cukup dengan potongan bambu atau kayu, artinya tidak boleh enak-enakan.

Tak luput juga, di baduy ada tradisi Khitan yang disebut Sudat, caranya bukan kulupnya yang dibuang tapi kulupnya itu cukup ditoreng lalu dimasukan Semilu dan disobek, karena bagi mereka tabu untuk membuangnya. Kenapa mereka tabu ? baginya, bahwa Tuhan menciptakan mahluk dan alam semesta ini sempurna, sebab tuhan itu maha sempurna. Kita sebagai ciptaan-Nya tabu untuk membuang hasil ciptaannya, karena sama saja dengan melecehkan kekuasan tuhan.

Baduy yang selama ini kita sebut masyarakt tertutup, bahkan eksklusif, ternyata agama Sunda Wiwitan cukup toleran dengan agama lain seperti halnya Islam. Sebagai contoh, di lingkungan masayrakat baduy ada yang di sebut desa Kanekes (kampung inti), kampung Panampi, kampung Dangka dan masih banyak kampung-kampung lainnya, sekarang kurang lebih berjumlah sekitar 40-an kampung. Di antara sekian kampung ada yang disebut namanya kampung Ci Cakal girang, penduduknya semua beragama Islam. Sejarah awalnya, Sultan Banten pernah menitipkan kepada orang baduy dengan ungkapan: “Kalau esok lusa orang baduy ada keperluan apa saja dengan orang-orang Islam, kami titipkan di sini jangan diganggu, paling saling tolong”. Maka ketika orang ci Cakal girang mendirikan bangunan Masjid, orang-orang Baduy membantunya. Artinya antara agama Sunda Wiwitan dengan orang baduy yang menganut agama Islam tidak bermasah, bahkan saling membantu dan tolong menolong sesama manusia.

Apalagi seperti dalam prosesi pernikahan, orang Baduy Panampi (baduy luar/ berbaju hitam), ketika tidak mampu membawa ke baduy Tangtu (baduy dalam/ berpakaian putih kumal) melalui proses adat yang begitu jelimet, itu dibolehkan nikahnya ke penghulu Islam. Dan biasanya dilatih dahulu bagaimana bersyahadat Islam, yakni mengikuti apa-apa yang diutarakan oleh penghulu, seperti ada kata-kata: “ hanteun pihatureun girang, kami rek ngahalimpukeun anak…”. Ungkap penghulu.

Melihat gambaran di atas, bagaimana orang baduy yang beragama Sunda Wiwitan berbaur sesama baduy yang beragama Islam, mereka sangat toleran, terbuka, bahkan bagaimana melakukan negosiasi saat pernikahan dengan adat luar. Apalagi cukup ironis, ketika berbicara agama Samawi atau Ardhi, toh Sunda Wiwitan dalam hidup kesehariannya, mereka lebih beragama dari pada orang yang mengklaim beragama paling benar. Lalu apah makna dan kategori Samawi-Ardhi bagi agama Sunda Wiwitan ? Selamat merenung. Desantara-Very



Tulisan sebelumnya:
«

Tulisan sesudahnya:
»

7 Responses to “Sunda Wiwitan: Tidak Mengenal Samawi dan Ardhi”

  1. Margi TP says:

    Kebenaran itu tidak mendua, kebenaran berlaku dimana saja, maka yang bisa saling menghargai, toleransi dan keseimbamngan adalah orang-orang yang sedang berjalan di dalam kebenaran, sementara yang mengeklaim benar tetapi melakukan kekerasan, pembenaran sendiri belum tentu benar adanya, bahkan perlu dipertanyakan tentang kebenarannya. kalau berbicara secara budaya kadang kala agama-agama yang datang dari luar memaksakan budaya kita harus sama dengan mereka padahal kondisinya beda dan ini membuat sesuatu yang tidak harmonis dan seimbang, saya sangat menghormati dan menghargai mereka-mereka yang masih dengan ketenangannya menyampaikan kearifan lokal yang bisa diterima lintas apapun, karena kebenaran itu tiada duanya, dan memaknai kebenaran itu tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri, tanpa merendahkan orang lain dan merendahkan orang lain, sungguh bahagia hidup dalam kedamaian batin

  2. iwan s says:

    satuju pisan lur……

  3. ari says:

    terima kasih atas komentarnya, semoga kita senantiasa hidup dalam kedamaian itu

  4. Lina says:

    Amin,semoga kita bs melestarikan warisan leluhur kita

  5. Kamal Jamal says:

    Kalau mengamati pendapat anda, terutama tentang ideologi dari luar yg mengklaim sbg agama paling benar, saya menangkap kesan traumatik dg oknum penganut agama tertentu. Saya mengajak anda utk bersikap objektif terhadap ajaran ideologi lain. Jangan disalahkan agamanya, tapi pisahkan saja antara ideologi dg oknumnya. Karena, ada kesan, anda protes terhadap ideologi lain dg menafikan konsep ajaran yg luhur agung, hanya krn sebel dg oknum yg mengatasnamakan agama (padahal Ormas lho). Tah kitu pamendak sim kuring mah !

    • ahrof says:

      wah ini menarik sekali.
      jaro nalim pernah menegaskan pd sy bahwa sunda wiwitan merupakan asal berbagai agama dan asal berbagai bangsa. penegasan ini cukup menarik perhatian saya, ini mengingatkan sy pada teori asal usul bangsa indonesia terbaru yang antara lain dikemukakan Prof Arycio santos: SUNDALAND (benua sunda). hal ini juga mengingatkan saya pada penamaan pulau2 di nusantara (sunda besar untuk pulau sumatra, jawa kalimantan, dan sunda kecil untuk bali, nusa tenggara dsb.).
      tiga temuan ini cukup menghentak kesadaran historis sy selaku orang sunda, siapa dan bagaimana sebenarnya bangsa sunda?

  6. Sandi Kaladia says:

    JAMAN BARU DATANG UNTUK MEMBUKA TABIR
    KONSEPSI WIWITAN YANG TAK LAIN ADALAH
    KONSEPSI SANGKAN PARANING DUMADI.

    Apa kata Mandalajati Niskala?

    Mandalajati Niskala menuturkan:
    Berbicara KONSEPSI WIWITAN tak lain
    adalah berbicara KONSEPSI PRIMA CAUSA atau
    KONSEPSI JAWAHAR AWAL & JAWAHAR AKHIR.

    JAWAHAR AWAL disebut “TATANAN WIWITAN”, yaitu
    SUNA + DA = SUNDA atau Tatanan Bumian.
    JAWAHAR AKHIR disebut “TATANAN TAMATAN”, yaitu
    SUNA + H = SUNAH atau Tatanan Langitan.

    Catatan :
    Suna = Tatanan
    Da/D = Bumian
    Ha/H = Langitan

    Sunda adalah SISTEM FITRAH BUMIAN
    disebut “FEMINIM SYSTEM”.
    Sunah adalah SISTEM FITRAH LANGITAN
    DISEBUT “MASKULIN SYSTEM”.
    Keduanya merupakan SISTEM FITRAH IBU & BAPA,
    atau WIWITAN & TAMATAN yang satu sama lain
    harus mengikat & “TIDAK BOLEH BERCERAI”
    Ikatannya sendiri adalah IKATAN
    SISTEM KESELAMATAN, yang secara bahasa
    disebut “SISTEM ISLAM”.
    Sunda adalah SISTEM ISLAM BUMIAN.
    Sunah adalah SISTEM ISLAM LANGITAN.
    Sunda adalah SISTEM KEIBUAN.
    Sunah adalah SISTEM KEBAPAAN.
    Hindarkan EGO SUNDA & hindarkan EGO SUNAH, sbb
    keduanya merupakan FITRAH YG HARUS BERSATU.
    Demikian kata Mandalajati Niskala.

    Jika demikian menurut saya (Sandi Kaladia)
    untuk kata SUNDA, kata SUNAH, kata ISLAM,
    maupun kata WIWITAN jangan memakai LEBEL
    AGAMA atau LEBEL KEPERCAYAAN, sbb ITU
    SEMUA ADALAH HAL-HAL YANG FITRAH.

    Selanjutnya MANDALAJATI NISKALA dlm penggalian
    memasuki Ruang Insun, telah Melahirkan
    Konsepsi SANGKAN PARANING DUMADI
    yg Fitrah, Original & ditemukan Sangat Anyar.
    KONSEPSI TERSEBUT BETUL BETUL BEGITU
    SEDERHANA, NAMUN SANGAT MENYERUAK
    DI KEDALAMAN YANG TANPA BATAS, sbb:

    1?Barang siapa yang memahami NAFAS~nya,
    akan memahami rahasia HU~DA~RA~nya.
    (HU~DA~RA adalah Whitehole berupa potensi
    JAWAHAR AWAL, yang menjadi sistem
    TRI TANGTU DI BUWANA, dan jadilah ketentuan
    Tuhan SEGALA MACAM KEJADIAN
    SECARA SISTEMIK TERMASUK MANUSIA)

    2?Barang siapa yang memahami HU~DA~RA~nya,
    akan memahami potensi HI~DI~RI~nya.
    (Potensi HI~DI~RI meliputi:
    HI adalah alam Subconcious
    DI adalam alam Concious
    RI adalah alam HIperconcious)

    3?Barang siapa yang memahami HI~DI~RI~nya,
    akan memahami satuan terkecil DI~RI~nya.
    (Tribaka, Panca Azasi Wujud &
    Panca Maha Buta)

    4?Barang siapa yang memahami DIRI~nya,
    akan memahami HI~DIR~nya.
    (Kesadaran Semesta = Kesadaran Manunggal)

    5?Barang siapa yang memahami HI~DIR~nya,
    akan memahami satuan terkecil ATMA~nya.
    (Kehidupan JAWAHAR AKHIR yang mengendap
    pada Tribaka)

    6?Barang siapa yang memahami ATMA~nya,
    akan memahami TAMAT~nya.
    (Reaktor Nuklir dari akumulasi satu
    Oktiliun Tribaka pada tubuh manusia,
    yang segera memasuki Blackhole
    untuk keluar dari Jagat Raya
    dan meledak menjadi Bigbang,
    di ruang hampa, gelap gulita,
    bertekanan minus)

    7?Barang siapa yang memahami TAMAT~nya,
    akan memahami WIWIT~nya.
    (Ledakan Bigbang membentuk Whitehole
    yaitu berupa potensi Jawahar Awal
    di Jagat Raya Baru)

    (Peringatan dari Mandalajati Niskala:
    “JIKA ANDA SULIT UNTUK MEMAHAMI,
    LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA. TERIMA KASIH)
    —————————-
    Mandalajati NIskala membuka sebuah tabir
    PINTU JAWAHAR AWAL
    KE PINTU JAWAHAR AKHIR

    Manusia pada hakekatnya bagian dari Tuhannya.
    Seluruh isi semesta “BERENANG-RENANG” TENGGELAM
    di dalam TUBUH TUHAN SANG MAHA BESAR.
    (Zibghotulloh).

    Sagala sesuatu termasuk Manusa MANUNGGAL
    di dalam TUBUH TUHAN SANG MAHA BESAR.
    (Sapanunggalan).

    TUHAN SANG MAHA BESAR, sekaligus juga
    Sang MAHA KECIL memiliki
    TIGA ENERGI PRIMER (Tri Tangtu Di Buwana),
    yang “gumulung” jadi tunggal, dari lingkup
    SANG MAHA BESAR sampai pada lingkup SANG MAHA KECIL
    disebut; JAWAHARA HAWAL WAL HAKHIR (JHWH), berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING?

    SANG MAHA BESAR / AGUNG
    adalah “JHWH” dalam CAKUPAN ALAM MAKRO,
    yaitu ZAT ABADI SANG MAHA BESAR berupa HU~DA~RA
    YANG BERADA DALAM KEMANUNGGALAN KHALIQ,
    mimiliki:

    Energi “HU” Acining Air, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?

    Energi “DA” Acining Tanah, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?

    Energi “RA” Acining Api, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?

    Ketiganya Gumulung di dalam SAJATINING HUDARA, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH?

    SEBAGAI PINTU HAWAL Zat Abadi Makro,
    yang disebut JAWAHAR HAWAL, yaitu:
    BIGBANG (Ledakan Nuklir) yang keluar dari WHITEHOLE.
    Inilah yang disebut proses DIA MENJADIKAN INSUN.

    SANG MAHA KECIL / LEMBUT
    adalah “JHWH” dalam CAKUPAN ALAM MIKRO,
    yaitu ZAT ABADI SANG MAHA KECIL berupa ATOM
    YANG BERADA DALAM KEMANUNGGALAN MAKHLUK,
    memiliki:

    Energi “HU” Proton, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU?

    Energi “DA” Netron, berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING?

    Energi “RA” Elektron. berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH?

    Ketiganya “Gumulung” dlm SAJATINING HATOM (Atom), berupa:
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM?
    ?POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM?

    sebagai PINTU HAKHIR Zat Abadi Mikro,
    yang disebut JAWAHAR HAKHIR, yaitu:
    INDUKSI INTI (Reaktor Nuklir) yg masuk ke dlm BLACKHOLE.
    Inilah yang disebut proses INSUN JADI DIA.

    (Peringatan dari Mandalajati Niskala:
    “JIKA ANDA SULIT UNTUK MEMAHAMI,
    LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA. TERIMA KASIH)
    —————————-
    Syair Sunda:
    JAWAHAR AKHIR NGARAGA~DIA
    ditulis ku Mandalajati NIskala

    Atma na sakujur raga.
    Hanargi museur na tazi.
    Bobot Bentang JAGAT RAYA panimbangan.
    Paeunteung eujeung.

    Ziro sazironing titik Nu Maha Leutik.
    Madet dina JAGAT LEUTIK.
    Gumulung sakuliahing cahya.
    Ngahideung Nu Maha Meles.
    Ngan beuratna Maha Beurat.

    Insun gumulung nu Tilu NGAMANUNGGAL;
    PARA~TRI~NA, NI~TRI~NA jeung
    HOLIK~TRI~NA dina Jawahar Akhir.

    Tandaning Insun lulus nurubus.
    Lolos norobos, Robbah lalakon.
    Kaluar tina Sapanunggalan Gusti Nu Maha Suci.
    Bitu ngajelegur.
    Manggulung-gulung kabutna.
    Huwung nungtung ngahujung.

    Jadi jumadi ngajadi.
    INSUN ROBBAH NGARAGADIA.
    Gelar Ngajawahar Awal.
    Gusti papanggih jeung Gusti.
    Dina babak carita SAWA~RAGA~ANYAR.

    Ahuuung Ahuuung Ahuuung Aheeeng.
    —————————-
    Filsuf Sunda MANDALAJATI NISKALA, sbg:
    Zaro Bandung Zaro Agung
    Majelis Agung Parahyangan Anyar.

    Klik di google Mandalajati Niskala
    BACALAH SELURUH SULUR BUAH PIKIRANNYA.

    Pengirim Komentar:
    @Sandi Kaladia

    catat:
    WIWITAN ARTINYA PRIMA CAUSA atau
    JAWAHAR AWAL YANG TITIK TUMPUNYA
    ADALAH TUHAN SANG MAHA TUNGGAL
    RABBUL’ALAMIN

    LALU MENGAPA ADA ISTILAH SUNDA WIWITAN?;
    sedangkan tidak dikenal istilah
    KEJAWEN WIWITAN, TONAAS WALIAN WIWITAN,
    TOLOTTANG WIWITAN, WETU TELU WIWITAN,
    NAURUS WIWITAN, HINDU WIWITAN, BUDHA WIWITAN,
    KONGHUCU WIWITAN, KRISTEN WIWITAN, dsb.

    Misteri ini suatu saat PASTI TERUNGKAP.

Isi Komentar

Pencarian