Nirvana, Bukan Hanya Dirimu

admin | 5 - Mar - 2008

Ada asumsi yang mengatakan bahwa kalau kita berbicara tentang Grunge maka kita tidak bisa lepas dengan Nirvana. Nirvana dipandang sebagai satu-satunya ikon dari musik Grunge itu sendiri. Anggapan muncul di tengah-tengah hiruk pikuk gemerlap pencinta musik Grunge di Indonesia. Dengan kata lain, Grunge adalah Nirvana, Nirvana adalah Grunge. Mengapa asumsi itu muncul?

Grunge ini sendiri berawal dari kebosanan orang-orang seatle akan musik heavymetal dan hardrock yang dipandang telah usang dan kuno. Dan dipandang kurang semangat. Kemunculan Grunge dipandang sebagai pembawa angin segar dan semangat baru atas kelesuan musik heavymetal dan hardrock.

Grunge itu sendiri ditemukan karena ketidak sengajaan. Hal ini berawal dari Jimi Hendrix (1953) yang menuangkan cairan kimia ke sekujur gitar dan menyetel volume amplifier gitar sampai angka maksimum. Sehingga menimbulkan suara yang sangat keras. Bunyi yang memekakkan telinga itu terus menerus dikembangkan dan diramu sehingga awalnya adalah sebuah ketidakteraturan berubah menjadi genre tersendiri yang akhirnya menjadi teratur pula. Hal ini sama hal nya dengan kisah seorang pelukis Pollock, ketika dia melukis, cat kanfasnya tercecer. Dia sebelumnya tidak menyadari keterceceran itu akan membuat dia akan mendapatkan inspirasi baru dalam melukis. Dan keterceceran juga telah membuatnya menjadi terkenal. Dan Pollock kemudian menjadi ikon dari pelukis yang melukis dengan cat yang tercecer. Namun tabir musik grunge baru terbuka ketika album Deep Six, dirilis tahun 1986.

Bunyi musik Grunge begitu memekakkan telinga. Banyak orang tidak peduli dengan musik jenis ini. Di daerahnya sendiri, seattle, yang penduduknya relatif miskin karena penghasilan mereka hanya mengandalkan hasil hutan, Grunge sangat tidak mendapatkan tempat yang layak. Penduduk seattle kurang tertarik dengan musik yang awut-awutan tidak karuan itu. Beban hidup sehari-hari sudah cukup merepotkan mereka untuk memikirkan musik yang dipandang tidak beraturan itu. Dan dianggap sebagai musik yang minus sound effect ini.

Berawal dari ketidakteraturan itulah akhirnya Grunge menemukan keteraturan. Ada kata suka karena ada kata benci. Sesuatu itu dipandang “ada” karena ada sesuatu yang tidak “ada”. Berisi adalah kososng kosong adalah berisi, demikian filsafat buddish menyebut dua sisi yang berbeda tapi hakekatnya sama.

Proses untuk menjadi genre yang bisa diterima dan dipandang mempunyai gaya dan ritme sendiri membutuhkan waktu yang panjang. Pearl Jam, Alice in Chains, soundgarden, Mudhoney adalah orang-orang yang berjasa dalam mempelopori eksisnya musik Grunge ini. Mereka ada di Seattle, sehingga anggapan bahwa Seattle adalah kiblat Grunge semakin terkukuhkan.

Sebelum tahun 1992, orang-orang seperti Pearl Jam, Alice in Chains dan Mudhoney hijrah dari Seattle. Sedikitnya penggemar adalah factor utama yang membuat mereka tidak betah. Bisa dibayangkan, album Mudhoney yang berjudul Touch Me I’am Sick hanya dua bar dan satu klub kecil yang mau untuk memutarnya. Dan ini mengandung makna bahwa seattle sendiri belum menerima musik jenis ini.

Kejadian demikian bukan hanya terjadi di dunia musik. Dunia keilmuan juga pernah terjadi. Bagaimana galilio dibunuh hanya karena bersikukuh pada pendapatnya bahwa bumi mengelilingi matahari. Bagaimana nasr abu zaid hijrah ke belanda karena dikejar-kejar oleh penguasa yang menganggap ide-idenya merusak dan kafir. Walaupun kejadiannya tidak sama dengan musik Grunge, kengerian mereka untuk berdiam di tanah air mereka sendiri disebabkan oleh factor yang sama. Sama-sama tidak dihargainya kreatifitas mereka. Dan ini artinya; semua kreatifitas apapun tidak bebas nilai. Yang terjadi bukan persoalan itu benar atau tidak, tapi sesuai atau tidak kreatifitas itu dengan pandangan atau pola pikir masyarakat. Kalau tidak sesuai maka dengan sendirinya ide itu terpental dan hilang begitu saja.

Perjalanan musik Grunge jatuh bangun untuk di kenal orang. Akhirnya, ditangan Nirvanalah Grunge menemukan puncak kepopulerannya. Walaupun peran grup musik yang lain seperti Melvin, Ten Minute Warning, Malfusnkshun, U-Men, Coffin Break dan lainnya, tidak bisa dipandang remeh dan dinafikan begitu saja. Istilah yang dilekatkan kepada musik yang berasal dari seattle ini adalah seattle ground sebagai aplikasi dari musik Grunge itu sendiri. Dan mungkin inilah alasan mengapa Grunge tidak bisa dilepaskan dengan grup musik yang penyanyinya mati bunuh diri ini.

Nirvana, grup musik ini berawal dari dua orang pioneer. Yang satu kurang begitu menyukai bangku sekolah. Seorang pengangguran.Tapi punya obsesi yang tinggi untuk membentuk grup musik band. Dan dia kurt cobain namanya. Satunya seorang yang super jangkung, Chris Novo..namannya. Ia anak tukang salon kecantikan. Rumah ibunya akhirnya dijadikan tempat berlatih musik yang ditawarkan oleh kurt cobain. Setelah berbulan-berbulan ia baru menerima tawaran itu.

Sebelum menjadi Nirvana kurt cobain telah mengganti nama grup itu dengan macam-macam nama. Mulai dari Skid Row, Ted Ed Fred, Bhss, Oyster, Pen Cap Chew, Randow Pane, dan Nirvana terakhir. Lahirnya Nirvana sendiri jauh dari asal Grunge sendiri, abardeen. Sebuah kota kecil dan penduduknya cendrung alergi dengan perubahahan dan tidak suka pengaruh dari luar. Dan psikologis penduduk demikian terjadi juga di seattle. Inilah alasan kenapa nirwana kurang mendapat tanggapan dari penduduk seattle ketika membutuhkan drummer. Dan kebetulan Nirvana manggung di seattle. Setelah dikenalkan Jak engineer salah satu pemusik paling ngetop di kota seattle.

Namun sebelum Nirvana mencapai puncak ketenarannya mulai ada tanda-tanda yang menunjuk kepada kehancurannya. Kurt cobain vokalis Nirvana yang paling getol mulai kecanduan heroin. Mariyuana telah membawanya ke alam mimpinya sendiri. Ada yang berpendapat bahwa tingkah cobain ini karena kecewa dengan penonton yang tidak berasal dari kalangan intelektual dan tidak tahu menahu soal musik yang dibawakan cobain ini.

Cobain pernah berkali-kali mencoba bunuh diri sebelum akhirnya bunuh diri betulan. Seperti halnya sokrates yang minum cawan anggunr kematian karena sebuah idealisme untuk mempertahankan kebenaran, kurt cobain juga mencoba meristensi tingkah pongah penonton yang memang tidak sesuai dengan obsesinya. Namun penyebab kematian cobain tetaplah sebuah misteri. Tidak ada yang tahu pasti. Dan yang pasti adalah cobain mati.

Ketika Nirvana dengan gencar mempromosikan musiknya, seleksi alam menyatakan bahwa yang kuat akan menang. Tanpaknya Nirvana yang lahirnya lebih belakang dari kelompok musik Seattle Ground tidak lepas dari seleksi alam ini. Seleksi alam ini menyingkirkan grup musik lain yang memanbg kurang gigih mengenalkan grup musiknya.

Di Indonesia sendiri pengaruh Nirvana tidak sedikit. Di tahun 1990-an banyak bermunculan celana sobek-sobek yang harganya lebih mahal dari celana yang tidak sobek. Sehingga saya sempat juga bertanya-tanya kenapa ada celana yang dari took sudah sengaja dibuat sobek. Padahal celana kalau sobek sedikit saja tersobek maka akan dianggap cacat dan harus ditukar. Karena saya berasal dari keluarga yang awam tentang musik pertanyaan-pertanyaan itu hanya mengendap di kepala dan baru mendaptkan jawabannya.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana pelaku bisnis sangat jeli memandang pasar. Ketika celana sobek dianggap representasi dari anti kemapanan, pelaku bisnis (kapitalis) sendiri menciptakan cara bagaimana ideologi mereka terjembatani dan menghasilkan uang yang cukup banyak karena harganya memang lebih mahal. Kapitalis tidak peduli dengan ideologi. Yang penting bisnis lancar dan banyak menghasilkan keuntungan. Jadi kurang relevan kalau mempertentangkan sosialis dengan kapitalis berdasarkan ideologi. Pertanyaannya, siapa yang bodoh?

Dari uraian di atas, kira-kira asumsi bahwa hanya Nirvana representasi dari Grunge tidak sepenuhnya benar. Nirvana hanya kelompok kecil dari sekian grand narrative dari Grunge itu sendiri. Nirvana sendiri generasi belakangan dan jauh dari cikal bakal Grunge itu sendiri, Seattle Namun setidak-tidaknya kita tahu bahwa ditangan Nirvana musik Grunge menemukan momentumnya. Dan mereka yang tahu Grunge juga dipengaruhi oleh kemunculan nirvana. Dan factor lain yang tak kalah penting adalah usaha dari para pelaku bisnis rekaman yang mempopulerkan nirvana.

Namun bukan berarti generasi penerus tidak lebih kalah hebat dengan pendahulunya. Setiap generasi punya karakter dan kegigihan masing-masing. Siapa yang gigih dialah yang akan mendapatkannya. Dan tuhan pun-konon ceritanya-akan memberikan sesuatu berdasarkan hasil usahanya.

Bagaimana dengan anda?

Desantara



Tulisan sebelumnya:
«

Tulisan sesudahnya:
»

Isi Komentar

Pencarian