Srinthil edisi 24: Perempuan dalam Lingkaran Ritus Ziarah
Download tidak tersedia
Jaman boleh berubah, kehidupan dunia beserta perangkat-perangkatnya boleh berkembang, tapi tradisi punya jalannya sendiri untuk terus bertahan. Ziarah adalah salah satu tradisi yang punya daya liatnya sendiri. Tradis ini telah ada sejak jaman kuno, sebelum Nabi Isa dan Nabi Muhammad lahir, walaupun ada yang menentang dan melarangnya. Ada yang berpendapat tradisi ziarah, khususnya ke makam, tetap semarak disebabkan masih misterinya sebuah kematian. Sehingga ziarah kadang dimaksudkan meminta mereka yang sudah meninggal, khususnya para wali atau orang suci, menjadi perantara antara kehidupan dunia dengan kehidupan setelah kematian. Menurut Henri Chambert-Loir & Claude Guillot, para orang suci tersebut dianggap telah menerobos batas antara dunia dan surga atau melangkahi batas maut dengan sukses, sehingga makam dan petilasannya di dunia pun menjadi sakral.
Daftar Isi
EDITORIAL
Perempuan dalam Lingkar Ritus Ziarah — halaman 06
LIPUTAN UTAMA
Tadisi Ziarah, Perdebatandan Posisi Perempuan — halaman 08
LIPUTAN UTAMA
Kisah para Juru Kunci Perempuan — halaman 20
LIPUTAN UTAMA
Para Penerus Nyai Sabirah — halaman 32
KESAKSIAN
Juru Kunci Lewat Mimpi — halaman 44
APRESIASI
Ziarah: Agama Perempuan, Pengalaman Ruang, dan Turisme — halaman 52
APRESIASI
Perempuan-perempuan di Makam Gus Dur — halaman 64
LIPUTAN KHUSUS
Rembang Petang di Makam Pangeran Samudro — halaman 78
Pencarian
Kategori Srinthil ID
- Srinthil edisi 24: Perempuan dalam Lingkaran Ritus Ziarah
- Srinthil edisi 23: Perempuan petani mengelola perubahan
- Srinthil edisi 22: Tuak Tradisi dan Perempuan
- Srinthil edisi 21 : Urban Sufism
- Srinthil edisi 20 : Perempuan di atas lumpur
- Srinthil Edisi 19: Gerak sosial perempuan miskin kota
- Srinthil 18 : Gerwani
- Srinthil 17 : Jilbab, Komodifikasi, dan Pergulatan Identitas Islam
- Srinthil 16 : Dilema Status Kewarganegaraan Perempuan Tionghoa Miskin
- Srinthil 15 : Jejak Negosiasi Perempuan Aceh
- Srinthil 14 : Balian Bawe : Keperkasaan Perempuan Mulai Tenggelam
- Srinthil 13 : Tandha’ : Jungkir Balik Kekuasaan Laki-laki Madura
- Srinthil 12 : Penari Gandrung dan Gerak Sosial Banyuwangi
- Srinthil 11: Perempuan dalam Layar Kaca
- Srinthil 10 : Perempuan dan Komodifikasi Seksualitas
Kategori srinthil10
Random Post
- Makassar, Dari Sisi yang Berbeda(2)
- Delik-Delik Keagamaan di dalam RUU KUHP Indonesia(0)
- Perayaan Pilkada Jabar di Tengah Problem Kebebasan Beragama(0)
- Landasan Islam Menghapus Diskriminasi Agama dan Kepercayaan(0)
- Hadis-hadis Kebudayaan(1)
- Pertunjukan Gandrung: Dari Tradisi ke Dominasi Pasar(0)
- Dewa(n) (Ke)seni(an)?(0)
- Hasnan Singodimayan: Duta Tanah Using(0)
- “Saminisme” Petani, dan Hasrat Untuk Perubahan(0)
- Ilusi Demokrasi(0)
- Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu(0)
- Halima, Potret Seorang Perempuan Padendang(0)
- Islam dan Pluralisme Agama(0)
- Nabire Butuh Orang Gila(0)
- Maggirik, Bukan Sekadar Seni Pertunjukan(0)